Bisnis.com, JAKARTA - Industri semen merupakan salah satu produsen emisi karbon tertinggi. PT Semen Indonesia Tbk. (SMGR) atau SIG berkomitmen mengurangi emisi karbon seiring upayanya mengurangi biaya-biaya dari kenaikan harga komoditas batu bara.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko SIG, Andriano Hosny Panangian memaparkan bahwa ongkos energi di industri semen sendiri sudah 23 persen dari total struktur biaya SMGR.
"Jadi sangat terdampak dari kenaikan harga batu bara. Namun kita bersyukur bisa mendapat harga batu bara dengan harga DMO sampai dengan kebutuhan batu bara sampai akhir 2022," kata Hosny dalam paparan publik, Jumat (16/9/2022).
Adapun, beberapa hal dilakukan SMGR, pertama dengan mengurangi ketergantungan terhadap batu bara.
"Kita sudah mulai meningkatkan Thermal Substitution Rate [TSR], ini sudah kita lakukan di mana target kita meningkatkan TSR sekitar 20 persen sampai 2030 dan semester I/2022 ini kita sudah mencapai sekitar 6,8 persen dari 5,1 persen di semster I/2021," jelasnya.
Kedua, dengan menurunkan crinkle factor karena memakan kebutuhan batu bara yang tinggi. Dengan menurunkan produk ini, SMGR tidak memproduksi crinkle sebanyak sebelumnya dan akan membantu efisiensi dari biaya bahan bakar.
Baca Juga
"Kita sudah menurunkan ke level 69 persen sepanjang tahun ini dan akan kami turunkan sampai 61 persen sampai 2030," jelasnya.
Selain itu, SMGR juga meningkatkan kinerja manajemen di mana produk itu akan didatangkan dari jarak terdekat ke daerah tujuan sehingga ongkos angkut berkurang, didukung optimalisasi dari jaringan rantai pasokan SMGR.
Selama semester I/2022, Semen Indonesia berhasil mencatatkan kinerja positif di tengah berbagai tantangan berat yang dihadapi industri semen dalam negeri. SMGR berhasil meningkatkan pendapatan dari pasar domestik sebesar 1,8 persen
Perseroan juga mampu mempertahankan EBITDA sebesar Rp3,53 triliun dengan marjin EBITDA yang meningkat 0,4% menjadi 22,3%.
Laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk meningkat 4,4 persen menjadi Rp829 miliar dan marjin laba bersih meningkat 0,3 persen menjadi 5,2 persen dibandingkan tahun lalu.
Selain itu, SMGR juga berhasil menurunkan emisi karbon sebesar 2,5 persen atau setara 15 kg CO2/ton semen yang dikontribusikan dari penurunan clinker factor sebesar 0,8 persen, dan peningkatan Thermal Substitution Rate (TSR) sebesar 1,7 persen.