Bisnis.com, JAKARTA - Kendati pendapatan turun sepanjang semester I/2022, holding semen BUMN, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) berhasil meningkatkan laba bersih melalui efisiensi beban usaha dan harga domestik market obligation (DMO) batu bara.
Berdasarkan laporan keuangan per 30 Juni 2022, emiten berkode SMGR ini mencatatkan kinerja pendapatan turun 2,07 persen menjadi Rp15,87 triliun pada semester I/2022 dibandingkan dengan Rp16,21 triliun pada semester I/2021.
Kendati pendapatan melorot, SMGR berhasil melakukan efisiensi sehingga beban pokok pendapatan stabil sebesar Rp11,46 triliun. Selain itu, beban penjualan juga turun dari Rp1,39 triliun menjadi Rp1,26 triliun.
Penurunan kedua beban tersebut diiringi penurunan beban umum dan administrasi menjadi Rp1,26 triliun dari Rp1,35 triliun dan beban keuangan yang turun menjadi Rp662,52 miliar dari Rp870,62 miliar.
Hasilnya, SMGR mencatatkan laba sebelum pajak penghasilan yang bertumbuh 10,72 persen dari Rp1,19 triliun pada semester I/2021 lalu menjadi Rp1,32 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Setelah dikurangi beban pajak dan lain-lain, laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk SMGR menjadi Rp828,76 miliar pada 6 bulan 2022 ini. Laba bersih tersebut tumbuh 4,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp794,12 miliar.
Baca Juga
Corporate Secretary Semen Indonesia Vita Mahreyni menjelaskan SMGR berhasil mencatatkan kinerja yang baik pada semester I/2022 di tengah kondisi pasar semen yang hiperkompetisi dan kenaikan biaya bahan bakar dan energi.
"Permintaan pasar semen domestik mengalami penurunan sepanjang semester I/2022 karena dampak libur Lebaran setelah jeda dua tahun selama pandemi dan pergeseran prioritas belanja masyarakat untuk liburan dan konsumsi lainnya daripada untuk properti dan renovasi," jelasnya, Selasa (6/9/2022).
Di tengah berbagai tantangan berat tersebut, SMGR melakukan langkah-langkah strategis untuk mempertahankan kinerja positif yang berkontribusi pada pengendalian beban pokok pendapatan, termasuk melalui pengamanan suplai batu bara dengan harga domestic public obligation (DMO), serta efisiensi beban usaha dan beban keuangan.
Upaya tersebut membuat SMGR mampu mempertahankan EBITDA sebesar Rp3,53 triliun dengan marjin EBITDA yang meningkat 0,4 persen menjadi 22,3 persen.
Seiring peningkatan laba bersih, marjin laba bersih SMGR juga meningkat 0,3 persen menjadi 5,2 persen dibandingkan tahun lalu.
“Kinerja positif yang dicapai SMGR di tengah berbagai tantangan berat tahun ini, dan dengan kondisi permintaan semen nasional mengalami kontraksi, SMGR masih berhasil meningkatkan pendapatan dari pasar domestik sebesar 1,8 persen,” kata Vita.
Selain itu, SMGR membuktikan ketahanannya tak hanya dari capaian bisnis, namun juga operasional berkelanjutan yang menjadi daya saing Perseroan.
Hal ini dilakukan melalui berbagai program untuk mendukung penurunan emisi karbon dan pembangunan berkelanjutan, serta capaian sertifikat Green Label untuk produk-produk yang dihasilkan Perseroan.
Fokus SMGR pada Greenification Industry dan Sustainability Initiative membantu Perseroan mencapai target-target keberlanjutan seperti penurunan clinker factor untuk menurunkan emisi karbon dan peningkatan pemanfaatan energi alternatif.
SMGR juga mendapat Ekolabel Swadeklarasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk tiga Batching Plant (pabrik produksi beton) yang berlokasi di Serpong (Tangerang Selatan), Pulo Gadung (Jakarta Timur), dan Tuban (Jawa Timur).