Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Bersih Kapuas Prima Coal (ZINC) Merosot 68 Persen Semester I/2022

Turunnya kinerja PT Kapuas Prima Coal Tbk. (ZINC) di semester I/2022 salah satunya disebabkan oleh kondisi eksternal yang menantang.
Penambangan PT Kapuas Prima Coal Tbk./Istimewa
Penambangan PT Kapuas Prima Coal Tbk./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten produsen logam dasar PT Kapuas Prima Coal Tbk. (ZINC) membukukan penurunan kinerja sepanjang semester I/2022.

Penjualan ZINC tercatat turun 18 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp411,35 miliar, dari Rp499,94 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Turunnya penjualan ini membuat ZINC membukukan laba bersih Rp28,27 miliar, turun 68 persen dari Rp89,52 miliar pada periode yang sama tahun 2021.

Direktur ZINC Evelyne Kioe mengatakan, ZINC akan menggenjot produksi dengan target galena berkadar tinggi pada semester II/2022, guna mengangkat kembali kinerja perusahaan yang tengah mengalami penurunan laba bersih pada semester I/2022.

Dia melanjutkan, awal tahun 2022 menjadi tahun yang cukup menantang, karena ekonomi global yang menyusut terkait perang Rusia-Ukraina yang tengah berlangsung.

Walaupun harga komoditas untuk timbal (Pb) dan Seng (Zn) sempat meningkat pada kuartal I/2022, koreksi terhadap harga komoditas kembali terjadi pada kuartal II/2022.

Seiring dengan meningkatnya harga komoditas di kuartal I/2022, mayoritas harga bahan baku minyak, angkutan dan lain-lain juga meningkat berkali lipat yang disebabkan oleh tingginya inflasi dan kelangkaan akan ketersediaan persediaan.

“Hal ini tentunya memberikan dampak negatif terhadap kinerja perseroan di kedua sisi,” kata Evelyne dalam keterangan resminya, dikutip Minggu (14/8/2022).

Secara umum, lanjutnya, komoditas Pb dan Zn masih tergolong stabil, terlihat dari harga Pb dan Zn yang terkonsolidasi di US$2.160/ton dan US$3.600/ton masing-masing. Hal ini disebabkan karena jumlah permintaan global terhadap kedua komoditas ini tergolong tinggi.

Faktor kedua juga disebabkan oleh banyaknya smelter di Eropa yang tutup sementara karena terjadinya krisis energi.

“Kami tentunya akan secara fleksibel menggunakan strategi-strategi dalam perkembangan, baik dari segi kapasitas, kadar, efisiensi guna menjaga agar kinerja perseroan tetap positif,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper