Bisnis.com, JAKARTA – Harga tembaga mencatatkan level tertingginya sejak April seiring dengan pelonggaran kebijakan penanganan pandemi virus corona di China.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (7/6/2022), harga tembaga di London Metal Exchange (LME) terpantau naik 2,6 persen ke posisi US$9.745 per ton setelah sempat menyentuh level US$9.800.
Harga logam dasar lainnya juga terpantau menguat, dengan alumunium naik 2,1 persen, dan nikel melonjak 5,6 persen.
Otoritas di Beijing kini memperbolehkan transportasi publik untuk kembali beroperasi di sejumlah area. Kegiatan perkantoran dan restoran di wilayah tersebut juga telah kembali beroperasi normal.
Jumlah kasus aktif yang terus menurun di Beijing dan Shanghai juga mengindikasikan pelonggaran kebijakan penanganan pandemi yang berimbas negatif terhadap perekonomian serta menekan permintaan terhadap komoditas logam.
Adapun, pergerakan harga tembaga sepanjang tahun ini berfluktuasi cukup drastis. Harga tembaga sempat mencetak level tertinggi sepanjang sejarah pada Maret lalu di tengah invasi Rusia ke Ukraina.
Baca Juga
Harga tersebut kemudian anjlok ke level terendah dalam 7 bulan pada Mei lalu di tengah kekhawatiran pasar terhadap prospek pemulihan ekonomi global dan kebijakan pemerintah China yang melakukan lockdown di beberapa wilayah.
Analis Marex, Alastair Munro menyebutkan meski harga tembaga mulai menguat, pasar masih cukup khawatir terhadap kelanjutan reli tersebut.
“Outflow yang saat ini masih terjadi menjadi fakta yang tidak dapat dihindari pasar dan masih menjadi tema besar,” jelasnya.