Bisnis.com, JAKARTA – Emiten batu bara PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) mencatatkan penurunan produksi pada kuartal pertama tahun ini, dibandingkan dengan pada tahun sebelumnya. Namun, kinerjanya didukung oleh kenaikan harga batu bara.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan, BUMI mencatatkan produksi batu bara sebanyak 16,3 juta ton pada kuartal I/2022. Jumlah ini lebih rendah 16 persen dari periode yang sama pada tahun sebelumnya 19,3 juta ton dan lebih rendah dari target perseroan sebesar 18 juta ton.
“Hujan deras dan efek La Nina di area pertambangan berimbas pada penurunan produksi kuartal I/2022 Perseroan sebesar 16 persen,” ujar Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resource Dileep Srivastava dalam keterangan resmi, Rabu (1/6/2022).
Namun harga jual rata-rata meningkat 59 persen dari US$53,1 per ton pada kuartal pertama 2021 menjadi US$84,5 per ton pada kuartal pertama 2022.
“Peningkatan ini sejalan dengan pemulihan harga batubara global dan tren bullish saat ini yang dipicu oleh ketidakseimbangan pasokan dan telah membawa harga batubara ke level tertinggi dalam 10 tahun,” kata Dileep.
Untuk sepanjang tahun ini, Bumi Resource menargetkan untuk memproduksi sekitar 83 juta – 86 juta ton batu bara. Naik dari tahun lalu sebanyak 80 juta – 82 juta ton. Adapun, perinciannya produksi dari Kaltim Prima Coal (KPC) sebanyak 55 juta – 57 juta ton, dan dari Arutmin sebanyak 26 juta – 29 juta ton.
Baca Juga
Adapun, BUMI memproyeksikan harga batu bara untuk kedua tambang bisa tetap tinggi dengan batu bara KPC di kisaran US$120 – US$150 per ton, dan batu bara Arutmin sekitar US$80 – US$100 per ton.