Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Tetap Kuat di Tengah Kegelisahan Pasar Saham

Indeks dolar AS naik untuk minggu kelima berturut-turut minggu lalu dan menyentuh level tertinggi hampir 20 tahun setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga acuannya 50 basis poin.
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Karyawan menunjukan dolar AS di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, - Dolar AS mengawali pekan ini pada Senin pagi (9/5/2022) dengan pijakan yang kuat ditopang oleh imbal hasil AS yang meningkat tajam dan kecenderungan investor mencari safe-haven.

Investor mencari aset aman karena penguncian di China, perang di Ukraina dan kecemasan tentang tingginya suku bunga di AS.

Dolar AS mencapai level tertinggi 22-bulan terhadap dolar Selandia Baru yang sensitif terhadap pertumbuhan di awal perdagangan dan naik lebih dari 0,5 persen terhadap dolar Australia ke puncak tiga bulan karena pasar saham berjangka AS turun 1,0 persen.

Sementara itu, imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun berdiri di level tertinggi sejak 2018 di 3,146 persen dan pada 130,73 yen per dolar melemah dari puncak baru dua dekade.

Dolar AS mendekati level tertinggi lima tahun pada euro, yang turun 0,2 persen menjadi 1,0529 dolar. Sterling melayang tepat di bawah posisi terendah dua tahun yang dibuat pekan lalu setelah bank sentral Inggris (BoE) memperingatkan bahwa ekonomi Inggris menghadapi resesi.

"Dolar akan didukung oleh kinerja ekonomi AS yang lebih baik dan harga ekuitas yang lebih lemah," kata Joe Capurso, Ahli Strategi di Commonwealth Bank of Australia di Sydney.

Meskipun terjadi kenaikan suku bunga yang material, dia melihat kondisi keuangan tidak terlalu ketat di negara-negara ekonomi utama.

Sementara itu, kebutuhan untuk memperketat kondisi keuangan dan mengendalikan inflasi mendasari kasus untuk kenaikan suku bunga lebih lanjut yang signifikan, paparnya.

Indeks dolar AS naik untuk minggu kelima berturut-turut minggu lalu dan menyentuh level tertinggi hampir 20 tahun setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga acuannya 50 basis poin, dan data pekerjaan yang kuat memperkuat spekulasi pada kenaikan besar lebih lanjut.

Indeks dolar AS terakhir berdiri di 103,78. Adapun, pasar berjangka menilai peluang 75 persen untuk kenaikan suku bunga 75 basis poin pada pertemuan Fed berikutnya di Juni dan pengetatan lebih dari 200 basis poin pada akhir tahun.

Data inflasi AS yang akan dirilis pada Rabu (11/5/2022) dapat memicu taruhan yang lebih agresif, terutama jika laju kenaikan harga utama tidak turun menjadi 8,1 persen seperti yang diperkirakan.

"Risiko di sekitar IHK AS terasa biner, moderasi dari 8,5 persen akan sedikit menenangkan, tetapi kenaikan pasti akan menghidupkan kembali ekspektasi untuk kenaikan Fed 75 basis poin dan mungkin memberi dolar dorongan," kata analis di ANZ Bank.

Menurut ANZ, gagasan bahwa pengetatan global yang tersinkronisasi dapat berjalan dengan lembut sekarang terasa seperti mimpi yang terlupakan karena realitas volatilitas menggigit.

Pada saat yang sama, perang di Ukraina mengganggu pasar komoditas global dan penguncian di China menghambat pertumbuhan.

Pengangguran mencapai tertinggi sejak Maret 2020 di China pada bulan lalu dan yuan berada di bawah tekanan di dekat titik terendah dalam 18 bulan, yakni 6,7319 per dolar AS dalam perdagangan di pasar luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper