Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Nantikan Data Inflasi Pekan Ini, Harga Emas Makin Anjlok

Harga emas berjangka Comex kontrak Juni 2022 terpantau melemah 1,25 persen atau 23,5 poin ke level US$1.859,30 per troy ounce pada pukul 17.53 WIB.
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melanjutkan pelemahan pada perdagangan awal pekan hari ini, Senin (9/5/2022), karena investor mengamati kenaikan imbal hasil US Treasury dan penguatan dolar AS menjelang rilis data inflasi dalam beberapa hari mendatang.

Berdasarkan data Bloomberg, harga emas berjangka Comex kontrak Juni 2022 terpantau melemah 1,25 persen atau 23,5 poin ke level US$1.859,30 per troy ounce pada pukul 17.53 WIB.

Sementara itu, harga emas di pasar spot terpantau melemah 1,3 persen atau 24,47 poin ke level US$1.859,34 per troy ounce.

Harga emas telah melemah sejak pertengahan April setelah Federal Reserve dan bank sentral lainnya memperketat kebijakan untuk meredam laju inflasi yang liar.

Sementara itu, tekanan moneter telah mengirim imbal hasil obligasi pemerintah AS melewati 3 persen dan memicu penguatan dolar AS dalam lima pekan terakhir, sehingga membuat emas yang tidam menawarkan imbal hasil menjadi kurang menarik.

Gejolak pasar diperkirakan belum mereda karena karena data inflasi memberi perdebatan tentang tekanan harga dan kebijakan moneter. Data indeks harga konsumen AS dirilis pada hari Rabu, sedangkan China, India, Meksiko, dan Brasil juga dirilis pekan ini.

Investor juga mencerna data perdagangan dari China pada hari Senin yang menunjukkan tekanan akibat lockdown guna mencegah penyebaran Covid-19. Ekspor dan impor negara tengah berjuang pada bulan April karena wabah virus yang memburuk memangkas permintaan, menekan produksi, dan mengganggu logistik.

Kepala analis komoditas Kotak Securities Ltd. Ravindra Rao mengatakan penguatan dolar AS dan imbal hasil obligasi diperkirakan terus berlanjut di tengah ekspektasi bahwa Fed dapat melanjutkan kenaikan suku bunga agresif untuk mengendalikan inflasi

“Hal ini membebani emas. Tekanan terbatas pada meningkatnya kekhawatiran yang berkaitan dengan China, kekhawatiran inflasi dan ketegangan atas invasi Rusia ke Ukraina,” ungjap Rao, seperti dikutip Bloomberg, Senin (9/5/2022).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper