Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor PT Adhi Karya (Persero) Tbk. mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih pada 3 bulan pertama tahun 2022 ditengah penurunan pendapatan.
Berdasarkan laporan keuangan per 31 Maret 2022, emiten dengan kode saham ADHI membukukan pendapatan senilai Rp1,98 triliun. Realisasi itu turun 6,16 persen secara tahunan (yoy) dari sebelumnya Rp2,11 triliun.
Secara rinci, pendapatan dari sektor engineering dan konstruksi menjadi kontributor terbesar ADHI dengan torehan Rp1,46 triliun. Penjualan dari segmen ini tercatat menurun dari perolehan pada kuartal I/2021 senilai Rp1,76 triliun.
Menyusul di belakangnya adalah penerimaan dari properti dan hospitality senilai Rp235,52 miliar, naik dari perolehan di periode yang sama tahun sebelumnya sebanyak Rp189 miliar.
Sementara itu, pendapatan dari segmen manufaktur turun menjadi Rp155,11 miliar dari sebelumnya Rp159,19 miliar. Selanjutnya, penerimaan dari investasi dan konsesi melonjak menjadi Rp132,5 miliar dari sebelumnya Rp1,47 miliar.
Meski pendapatan usaha terkoreksi, Adhi Karya masih mampu mencatatkan laba bersih senilai Rp8,67 miliar, naik 28,63 persen dari catatan laba pada kuartal I/2021 senilai Rp6,74 miliar.
Baca Juga
Sebelumnya, ADHI telah memperoleh kontrak baru sebesar Rp3,9 triliun hingga Maret 2022. Jumlah tersebut naik sebesar 129 persen dibandingkan perolehan kontrak pada kuartal yang sama di tahun 2021 yang lalu sebesar Rp1,7 triliun.
Sekretaris Perusahaan Adhi Karya Farid Budiyanto mengatakan, beberapa kontrak baru yang didapatkan ADHI di kuartal I/2022 di antaranya Jalan Tol Semarang-Demak, pengelolaan sampah di Bantar Gebang Jakarta, pekerjaan tanah di Pertamina Hulu Rokan, pembangunan gedung data center di Cikarang, dan peningkatan jaringan irigasi di Bendungan Glapan, Jawa Tengah.
"Nilai kontrak ini merupakan gabungan dari seluruh kontrak yang ada dari berbagai lini bisnis yang ADHI miliki," ujar Farid.
Dia melanjutkan, kontribusi per lini bisnis Adhi Karya pada perolehan kontrak baru kuartal I/2022 meliputi lini bisnis konstruksi sebesar 85 persen, properti sebesar 7 persen, dan sisanya merupakan lini bisnis lainnya.