Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada DMO Sawit, Emiten Grup Triputra (TAPG) Optimistis Produksi Tumbuh Double Digit

Dengan adanya kebijakan DMO dan DPO, Triputra Agro Persada (TAPG) tidak merevisi target produksinya.
Jajaran komisaris dan direksi PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG). Entitas grup Triputra itu resmi menjadi emiten ke-14 pada 2021, setelah melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada Senin (12/4/2021). /Istimewa
Jajaran komisaris dan direksi PT Triputra Agro Persada Tbk. (TAPG). Entitas grup Triputra itu resmi menjadi emiten ke-14 pada 2021, setelah melakukan pencatatan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada Senin (12/4/2021). /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten produsen sawit, PT Triputra Agro Persada Tbk. menilai kebijakan domestik market obligation (DMO) produk sawit dapat berdampak positif bagi stabilitas harga sekalipun tak berimbas signifikan terhadap kinerja perseroan.

Corporate Secretary Triputra Agro Persada Joni Tjeng menuturkan adanya kebijakan DMO dan domestic price obligation (DPO), memiliki dampak bagi perseroan. Namun, tidak akan berpengaruh signifikan terhadap kinerja emiten berkode TAPG ini. 

"Dampak DMO ini akan mempunyai nilai positif terhadap stability harga dan pasokan minyak goreng di dalam negeri, di mana akan membuat masyarakat tidak panik," jelasnya kepada Bisnis, Senin (31/1/2022).

Lebih lanjut, sebagai pemain di lini bisnis hulu (produsen sawit) TAPG mendukung penuh kebijakan DMO tersebut, karena hal ini membantu masyarakat untuk mendapatkan minyak goreng yang terjangkau.

TAPG menilai kebijakan ini memiliki waktu yang terbatas, sehingga tidak akan berdampak signifikan. Selain itu, kebijakan tersebut memiliki sifat gotong royong dengan seluruh pemain hilir kelapa sawit lainnya.

Adapun, dengan adanya kebijakan DMO dan DPO, perseroan tidak merevisi target produksinya. Pada 2022, melalui anak usahanya, TAPG menargetkan produksi tandan buah segar (TBS) dapat naik hingga kisaran 18 persen.

"Hal ini ditunjang oleh cuaca yang baik selama 2020-2021 dan umur tanaman dalam masa Prime Age," paparnya.

TAPG juga akan meningkatkan kapasitas pabrik CPO menjadi 980.000 hingga akhir tahun 2022. Joni menjelaskan pada akhir 2021 perseroan akan mengoperasikan satu pabrik baru dengan kapasitas 45.000 ton sehingga kapasitas produksi pabrik perseroan mencapai 950.000 ton tahun ini.

“Tahun depan di kuartal I/2021 kami mau tambah lagi kapasitas 30.000 ton di pabrik Kalimantan Timur, sehingga tahun depan kapasitas produksi CPO kami 980.000 ton per tahun,” katanya.

Untuk mendanai ekspansi tersebut, emiten perkebunan Grup Triputra ini akan menyediakan belanja modal atau capital expenditure senilai Rp500 miliar atau relatif sama seperti anggaran capex tahun ini.

Saat ini, TAPG telah memiliki 24 lahan CPO, 1 kebun karet, 16 pabrik CPO, dan satu pabrik karet di Jambi, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Timur.

Untuk kernel, sejauh ini perseroan baru memproduksi 175.000 ton kernel atau hampir sama seperti tahun lalu. Namun, TAPG juga sudah menyiapkan pabrik PKO yang akan mulai beroperasi pada tahun depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper