Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Kaji Pajak Ekspor Progresif, Nikel Cetak Harga Tertinggi dalam 1 Dekade

Nikel terpantau membukukan rekor tertinggi pada perdagangan di Shanghai sejak 2015.
Ilustrasi produk nikel PT Ifishdeco Tbk. (IFSH)./ perseroan
Ilustrasi produk nikel PT Ifishdeco Tbk. (IFSH)./ perseroan

Bisnis.com, JAKARTA – Harga nikel mencatat kenaikan tertinggi selama lebih dari 1 dekade setelah pemerintah Indonesia mempertimbangkan untuk memberlakukan pajak ekspor bagi komoditas ini.

Berdasarkan data Bloomberg pada Kamis (13/1/2022), harga nikel sempat naik hingga 1,2 persen ke level US$22.064 per ton di London Metal Exchange (LME). Angka tersebut merupakan harga tertinggi sejak September 2011 lalu.

Harga logam yang dijadikan bahan baku pembuatan baja tahan karat dan baterai kendaraan listrik tersebut juga terpantau membukukan rekor tertinggi pada perdagangan di Shanghai sejak 2015.

Katalis utama yang menopang reli harga nikel adalah rencana pemerintah Indonesia untuk memberlakukan pajak progresif untuk nikel dan feronikel pada tahun ini. Langkah ini akan memicu kenaikan biaya untuk perusahaan pemurnian di luar negeri dan berpotensi mengerek naik harga nikel.

Adapun, harga nikel telah menguat sekitar 10 persen sepanjang pekan ini setelah Tesla mengamankan pasokan komoditas ini dari Talon Metals Corp.

Harga komoditas logam dasar tengah menikmati tren kenaikan seiring dengan penguatan permintaan dan terganggunya pasokan. Analis Goldman Sachs Group, Nicholas Snowdon, dalam laporannnya menyebutkan defisit pasokan pada logam dasar masih akan terus terjadi.

Seiring dengan hal tersebut, Goldman Sachs meningkatkan target harga 12 bulan untuk alumunium, tembaga, dan seng.

Snowdon mengatakan, titik awal yang lebih ketat di pasar serta tren kendaraan listrik yang semakin populer dan keterbatasan pasokan akan menjadi katalis kenaikan harga nikel yang berkelanjutan.

“Pertumbuhan produksi nickel pig iron Indonesia pada tahun ini tidak akan cukup untuk menggeser pasar ke kondisi surplus pasokan,” jelas Snowdon dalam laporannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper