Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) per hari ini, Senin (3/1/2022) resmi mengeluarkan aturan larangan ekspor batu bara untuk memenuhi kebutuhan pasokan di dalam negeri dan mencegah harga listrik melonjak.
Menanggapi hal ini, Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu menilai langkah ini akan memberikan pengaruh besar bukan hanya dari emiten produsen batu bara berkalori tinggi, tapi juga bagi mereka yang memiliki porsi ekspor cukup besar.
“Hingga saat ini kami melihat, emiten yang memiliki porsi ekspor besar akan paling cepat terdampak baik itu dari sisi pendapatan maupun pergerakan harga sahamnya,” jelasnya kepada Bisnis, Senin (3/1/2021).
Meskipun hanya satu bulan, namun akan ada efek signifikan pada kondisi permintaan dan pasokan pada batu bara global. Terlebih ada potensi beberapa kontrak yang telah dijalankan dan diekspektasi akan di dikirim pada Januari 2022 ini.
“Yang paling terdampak tentunya emiten yang memiliki porsi ekspor besar terhadap topline. Seperti ITMG, ADRO, HRUM, dan INDY,” imbuhnya.
Pada hari ini, saham keempat emiten tersebut bergerak fluktuatif. Seperti saham PT Indo Tambangraya Megah Tbk. (ITMG) merosot 775 poin atau 3,80 persen ke Rp19.625.
Baca Juga
Selain itu, saham PT Indika Energy Tbk. (INDY) turun 4,53 persen atau 70 poin ke Rp1.475. Adapun, saham PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) juga melemah 40 poin atau 1,48 persen ke Rp2.670
Sementara itu, saham PT Adaro Energy Tbk. (ADRO) justru bergerak di zona hijau, naik 5,33 persen atau 90 poin ke 2.340, dan saham PT Harum Energy Tbk. (HRUM) naik 175 poin atau 1,69 persen ke Rp10.500.
“Top picks kami di sektor batu bara masih di PTBA dengan rekomendasi BUY di Rp3.500,” imbuhnya.