Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kekhawatiran Omicron Reda, Dolar AS Terdepresiasi Tipis

Depresiasi ini dipicu oleh berkurangnya kekhawatiran dampak dari varian virus corona Omicron sehingga mendukung kurs mata uang berisiko naik seperti dolar Australia dan pound Inggris kembali naik.
Seorang pria menghitung lembaran uang euro dan dolar AS./Bloomberg-Kerem Uzel
Seorang pria menghitung lembaran uang euro dan dolar AS./Bloomberg-Kerem Uzel

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar AS mengalami depresiasi tipis terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Jumat pagi waktu Asia.

Depresiasi ini dipicu oleh berkurangnya kekhawatiran dampak dari varian virus corona Omicron sehingga mendukung kurs mata uang berisiko naik seperti dolar Australia dan pound Inggris kembali naik.

Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama saingannya, turun tipis 0,08 persen pada 96,031. Indeks tetap mendekati level tertinggi 16 bulan yang dicapai akhir bulan lalu.

"Kekhawatiran tentang tingkat keparahan varian Omicron memudar, yang mendorong permintaan untuk mata uang dan kelas aset yang lebih berisiko sementara menekan tempat berlindung yang aman [safe haven] seperti dolar AS, yen Jepang, dan obligasi pemerintah," ujar George Vessey, Ahli Strategi Western Union Business Solutions, dalam sebuah catatan.

Adapun, berita optimis tentang vaksin dan rawat inap terkait Omicron juga membantu meningkatkan selera investor terhadap risiko, mengangkat saham dan mendorong imbal hasil obligasi pemerintah AS lebih tinggi.

Di sisi lain, dua produsen vaksin mengatakan suntikan mereka terlindungi dari Omicron ketika data Inggris menunjukkan varian tersebut dapat menyebabkan kasus rumah sakit yang lebih sedikit secara proporsional daripada varian Delta, meskipun pakar kesehatan masyarakat memperingatkan pertempuran melawan Covid-19 masih jauh dari selesai.

Lebih lanjut, data ekonomi yang dirilis Kamis (23/12/2021) menunjukkan jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran bertahan di bawah level pra-pandemi pekan lalu, sementara belanja konsumen meningkat dengan kuat, menempatkan ekonomi di jalur untuk berakhir dengan kuat hingga 2021.

Tetapi tekanan harga terus meningkat, dengan ukuran inflasi yang mendasarinya mencatat kenaikan tahunan terbesar sejak 1989 pada November.

Dolar Australia naik 0,44 persen menjadi US$0,7247. Sterling menguat 0,46 persen terhadap dolar, diuntungkan dari pergerakan yang lebih tinggi dalam imbal hasil obligasi pemerintah jangka pendek Inggris serta laporan yang meyakinkan tentang varian Omicron.

Di tempat lain, lira Turki memperpanjang rebound mengejutkannya minggu ini, melonjak lagi 4,0 persen pada 11,5 per dolar AS, setelah diperdagangkan ke terlemah 18,4 pada Senin (20/12/2021).

Keuntungan besar pada lira datang setelah Presiden Tayyip Erdogan mengatakan pemerintah dan bank sentral akan menjamin beberapa deposito mata uang lokal terhadap kerugian depresiasi valas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper