Tantangan Harga Batu Bara
Sementara itu, kenaikan harga batu bara ke level tertinggi pada tahun ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi pemasok semen dengan logo kepala kerbau tersebut.
Direktur Keuangan PT Semen Padang Tubagus M. Dharury mengatakan pihaknya selalu memantau perkembangan pasar untuk mengambil langkah antisipatif dan mitigatif.
“Kami tetap mengutamakan agar pasar tidak kekurangan, sehingga kami berkoordinasi dengan Semen Indonesia Group terkait dengan harga batu bara ini. Sampai saat ini pasar masih terkendali dan semoga krisis batu bara tidak lama,” ujar Tubagus.
Walaupun batu bara masih menjadi sumber energi utama di pabrik-pabrik Indarung, PT Semen Padang disebut sudah mulai mensubstitusikan bahan bakar alternatif seperti oli bekas, majun, sludge oil, dan glycerin pitch.
Untuk menahan tekanan terhadap marjin karena harga produksi yang mahal akibat kenaikan harga batu bara, harga semen di bawah Semen Indonesia Group (SIG) terpantau mulai menaikkan harga jual.
Analis J.P. Morgan Sekuritas Henry Wibowo dan Arnanto Januri mengatakan bahwa PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) telah mulai menaikkan ASP sejak awal November 2021 sekitar 6 persen untuk wilayah Jawa.
Perseroan berencana menaikkan ASP juga sebesar 6 persen di wilayah lain di luar Jawa atau lebih tinggi dari kenaikan ASP pada Oktober 2021 sebesar 4 persen.
“Penentuan harga pada kuartal IV/2021 akan memiliki dampak besar untuk 2022 (ASP yang lebih tinggi akan efektif untuk tiga bulan pertama pada 2022) di tengah-tengah penurunan harga batu bara,” tulis Henry dan Arnanto dalam riset.
Sebelumnya, pemerintah telah memutuskan harga jual batu bara untuk pemenuhan kebutuhan bahan bakar industri semen dan pupuk di dalam negeri sebesar US$90 per metrik ton (MT) free on board (FOB) vessel sejak 1 November 2021 sampai dengan 31 Maret 2022.
Henry dan Arnanto meyakini kombinasi kenaikan rata-rata harga jual dan penetapan harga batu bara untuk industri semen bakal menjadi dasar yang cukup kuat untuk mengukur ulang valuasi saham dengan kode SMGR tersebut.
Saat ini, J.P. Morgan Sekuritas memberikan rekomendasi overweight untuk saham SMGR karena neraca keuangan dan deleveraging dari dalam tubuh perseroan bakal menyeimbangkan dampak tekanan marjin terhadap pertumbuhan pendapatan. Belum lagi, posisi SMGR makin dominan sebagai market leader di industri semen Tanah Air.
Di lantai bursa, saham SMGR menguat 0,94 persen menjadi Rp8.075 pada akhir perdagangan sesi I Rabu (1/12/2021). Sejak awal tahun, harga masih turun 35,01 persen dengan kapitalisasi pasar Rp47,90 triliun.