Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Strategi Emiten Cari Dana IPO, Pasang Harga Tengah!

Langkah perusahaan yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan memasang harga penawaran di tengah batas bawah dan batas atas, dinilai menjadi strategi yang wajar dilakukan.
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pekerja melintasi papan elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (1/2/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Calon emiten memasang harga penawaran di tengah batas bawah dan batas atas untuk menarik dana maksimal dari publik.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menilai langkah perusahaan yang akan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) tersebut wajar sebagai bagian dari strategi dari emiten dalam menarik investor.

“Kecil kemungkinan penetapan harga IPO di batas tengah ke bawah adalah agar investor lebih berminat untuk menyerap IPO tersebut karena valuasi yang lebih murah,” katanya kepada Bisnis, belum lama ini.

Frankie menambahkan kedua emiten yang mematok batas harga antara bawah hingga tengah, sudah memiliki perhitungan internal. Dia pun meyakini penetapan harga itu sudah sesuai dengan kebutuhan pendanaan emiten.

Menurutnya mayoritas dana yang terhimpun melalui IPO seperti PT Dayamitra Telekomunikasi (Miratel) dan PT Caturkarda Depo Bangunan Tbk. (DEPO) nantinya akan dialokasikan untuk memperluas sekala bisnis bisnis. Dengan begitu seharusnya menjadi sentimen yang baik bagi para investor yang hendak ikut serta dalam pemesanan saham perdana tersebut.

“Sebenarnya untuk perusahaan yang hendak melantai di bursa dalam waktu dekat ini semuanya memiliki sektor bisnis dan daya tarik masing-masing,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Frankie memberi saran bagi investor yang hendak mengoleksi saham IPO untuk mempertimbangkan dengan matang. Misalnya dengan mengukur saham tersebut lebih digerakan oleh sentimen saja atau memang memiliki prospek bisnis yang terukur dan memiliki peluang di waktu berjalan.

Sebab, saham IPO memang berpotensi menguat di beberapa hari setelah masuk pasar sekunder. Namun memang umumnya rentan terhadap aksi profit taking.

Sementara itu, Head of Market Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana meyakini jika penawaran yang mendekati batas bawah adalah strategi dari masing-masing emiten untuk mengoptimalkan antara kebutuhan internal dengan minat investor. Selain itu, dia juga percaya jika likuiditas di pasar masih baik sehingga kecil kemungkinan investor tidak mampu menyerap.

“Investor tidak kekurangan likuiditas, dana pihak ketiga bank masih besar,” ungkapnya kepada Bisnis.

Dia juga tidak sepakat jika investor mulai enggan mengoleksi saham anyar. Sebab, dia menilai pergerakan saham IPO dalam jangka pendek di tahun ini sangat baik. Adapun dari 40 emiten yang sudah tercatat hanya ada 1 saham yang pada hari pertama negatif.

Hal ini menunjukan minat investasi yang besar dari investor. Dia pun mengingatkan dalam jangka panjang harga saham akan selaku mencerminkan kinerja fundamentalnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Pandu Gumilar
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper