Bisnis.com, JAKARTA – Rencana pemerintah untuk meningkatkan tarif cukai hasil tembakau (CHT) di 2022 diprediksi menjadi hambatan bagi saham emiten rokok PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) untuk melaju.
Analis BRI Danareksa Sekuritas Natalia Sutanto mengatakan, Gudang Garam mencatatkan kenaikan harga yang agresif dari April hingga September 2021, dengan meningkatnya margin di kuartal III/2021. Perseroan juga membukukan pertumbuhan volume penjualan rokok yang meningkat selama sembilan bulan pertama 2021.
"Pertumbuhan volume penjualan rokok GGRM meningkat 3 persen year on year (yoy) atau lebih rendah dari kenaikan semester I/2021 sebesar 7 persen yoy, menyusul kenaikan harga yang agresif dari April hingga September 2021," tulis Natalia dalam risetnya yang dirilis Rabu (10/11/2021).
Dia melanjutkan, volume dan kenaikan harga yang lebih tinggi mendukung pertumbuhan top line sembilan bulan pertama 2021 sebesar 10,4 persen yoy. Harga yang lebih tinggi mendukung meningkatnya margin kotor perseroan di kuartal III/2021 menjadi sebesar 11,3 persen, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 8,5 persen.
BRI Danareksa Sekuritas pun meningkatkan rekomendasinya untuk HOLD saham GGRM dengan target price Rp31.500.
Akan tetapi, kata dia, tekanan biaya dari cukai menyebabkan laba bersih sembilan bulan pertama GGRM menjadi Rp4,1 triliun atau turun 26,8 persen secara tahunan.
Baca Juga
"Memasuki kuartal IV-2021, pemulihan berkelanjutan diperkirakan terjadi di negara ini. Ini akan memberikan ruang untuk kenaikan harga yang didukung oleh volume yang berkelanjutan untuk mengenakan pajak cukai yang lebih tinggi," kata dia.
Meski demikian, BRI Danareksa Sekuritas melihat prospek industri rokok bergantung pada pengumuman peraturan cukai yang akan datang, yang dijadwalkan pada bulan ini.
Sebagai informasi, untuk 2022, pemerintah menargetkan penerimaan cukai sebesar Rp203,9 triliun, atau naik 13,3 persen yoy.