Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang dolar tergelincir terhadap sejumlah mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (4/10/2021), turun dari level tertinggi satu tahun terakhir pada pekan lalu.
Pelemahan ini dikarenakan para pedagang menunggu data pekerjaan Amerika Serikat pada akhir pekan ini untuk petunjuk langkah Federal Reserve selanjutnya.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang saingannya, merosot 0,2 persen menjadi 93,802. Indeks naik 0,8 persen pada minggu lalu ke level tertinggi sejak akhir September 2020.
Dengan pasar daratan China ditutup hingga Kamis (7/10/2021) untuk liburan Hari Nasional dan pasar Korea Selatan juga ditutup pada Senin (4/10/2021), perhatian investor tertuju pada data AS yang akan datang.
“Data penggajian [payrolls] nonpertanian akan menjadi fokus besar untuk pasar minggu ini,” Brad Bechtel, kepala global valas di Jefferies di New York, seperti dilansir Antara pada Selasa (5/10/2021).
Data Jumat (8/10/2021) diperkirakan menunjukkan peningkatan berkelanjutan di pasar kerja, dengan perkiraan 488.000 pekerjaan telah ditambahkan pada September, menurut jajak pendapat Reuters, cukup untuk menjaga Federal Reserve di jalur untuk mulai melakukan tapering sebelum akhir tahun.
Baca Juga
The Fed telah mengisyaratkan kemungkinan akan mulai mengurangi pembelian obligasi bulanan segera setelah November, tetapi tersandung besar dalam data tenaga kerja yang dapat menunda rencananya. Hal ini pun membuat para pedagang khawatir.
“Akankah Fed bereaksi negatif terhadap pencetakan 300.000 [pekerjaan]? Mungkin tidak. Dengan momentum tapering yang sudah sangat tinggi, The Fed akan mengalami kesulitan untuk membalikkan keadaan setelah kehilangan kecil dari seri yang sangat fluktuatif,” kata Bechtel.
Dia menambahkan jika melihat sesuatu yang lebih ekstrem seperti cetakan NFP (Non-farm Payrolls) negatif misalnya, kemungkinan akan terjadi hal yang berbeda dan The Fed mungkin terpaksa setidaknya berhenti sejenak.
Mata uang dolar mendapat sedikit dukungan dari data pada Senin (4/10/2021) yang menunjukkan pesanan baru untuk barang-barang buatan AS mengalami percepatan pada Agustus, bahkan ketika pertumbuhan ekonomi tampaknya telah melambat pada kuartal ketiga karena kekurangan bahan baku dan tenaga kerja.
Namun, spekulan di pasar valas telah tumbuh semakin bullish pada mata uang AS dalam beberapa pekan terakhir, dengan taruhan net long pada dolar AS naik ke level tertinggi sejak Maret 2020, data pada Jumat (1/10/2021) menunjukkan.
Dengan harga minyak naik ke level tertinggi hampir 7 tahun, greenback sangat lemah terhadap krona Norwegia yang sensitif terhadap energi dan dolar Kanada.
Dolar turun 0,6 persen terhadap krona dan tergelincir 0,5 persen terhadap loonie (dolar Kanada).
Pound Inggris 0,5 persen lebih tinggi pada 1,3611 dolar, memperpanjang rebound dari level terendah 9 bulan yang disentuh minggu lalu.
Shaun Osborne, Kepala Strategi Mata Uang di Scotiabank, mengatakan GBP (pound sterling) masih dalam pijakan yang rapuh karena negara ini kemungkinan masih akan mengalami kekurangan energi dan pangan pada kuartal keempat.
"Ini, dikombinasikan dengan data AS yang kuat minggu ini, dapat membuat GBP menguji ulang zona 1,34 dan melanjutkan penurunan September,” katanya.