Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing aktif berbelanja menambah koleksi portofolio emiten di pasar modal Indonesia khususnya saham LQ45 dalam sebulan terakhir.
Data yang dihimpun Bisnis menunjukkan investor asing mencetak total net buy atau beli bersih hingga Rp1,81 triliun di pasar tunai, pasar reguler, dan pasar negosiasi dalam sebulan terakhir.
Berdasarkan data BEI, dalam sebulan terakhir daftar teratas net foreign buy mayoritas dihuni oleh saham-saham LQ45 seperti PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA), PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM), PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI), PT Astra International Tbk. (ASII), dan PT Vale Indonesia Tbk. (INCO).
Sejalan dengan akumulasi investor asing, kinerja saham LQ45 mampu unjuk gigi dalam sebulan terakhir hingga mengungguli atau outperform dibandingkan dengan indeks harga saham gabungan (IHSG).
Baca selengkapnya di sini.
Seiring dengan penerbitan aturan terkait bank digital oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri perbankan digital pun semakin berani untuk unjuk gigi bersaing dalam memberikan akses layanan keuangan.
Salah satunya dilakukan PT Bank Aladin Syariah Tbk. (BANK) yang akan ikut ambil bagian dalam pengembangan UMKM di Indonesia dengan menggandeng Facebook.
Baca selengkapnya di sini.
Achmad Zaky dan Nugroho Herucahyono menjadi dua diaspora pendiri Bukalapak yang kini berfokus bisnis pada perusahaan modal ventura.
Berdasarkan pemberitaan Bisnis 29 April 2020 lalu, keduanya sepakat menjadikan Init 6 sebagai modal ventura yang fokus mendanai perusahaan rintisan (startup) tahap awal, guna membantu membangun kehidupan setelah krisis Covid-19. Kini, Init 6 pun tengah menyiapkan rencana untuk memperkuat bisnisnya.
Baca selengkapnya di sini.
Emiten BUMN tidak ingin ketinggalan untuk ikut meramaikan semarak aksi korporasi rights issue yang masih menjadi salah satu alternatif sumber pendanaan pilihan di tengah pandemi Covid-19.
Mereka di antaranya PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk. (AGRO), PT Kimia Farma Tbk. (KAEF) dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT). Lalu saham mana yang layak koleksi?
Baca selengkapnya di sini.
Keniscayaan bagi perbankan untuk mengembangkan layanan digital akhirnya menarik hasrat PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) untuk mengeluarkan tenaga lebih. Bedanya, jika kebanyakan bank memilih menciptakan platform digital baru, maka BMRI tetap pada komitmennya untuk mengembangkan Livin’ by Mandiri.
Pengembangan Livin’ by Mandiri salah satunya untuk mengerek penyaluran kredit sekaligus menghadapi persaingan digital banking. Apa itu dan bagaimana pengaruh ke sahamnya?
Baca selengkapnya di sini.