Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Diprediksi Lanjutkan Koreksi Pekan Depan, Ini Sebabnya

Penguatan dolar AS bakal ditopang oleh rilis data inflasi AS pada pertengahan minggu depan. Meski demikian, bila indikator AS lebih buruk dibandingkan ekspektasi, maka dolar akan melemah.
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani
Petugas menunjukkan mata uang dolar AS dan rupiah di Money Changer, Jakarta, Senin (19/4/2021). Bisnis/Fanny Kusumawardhani

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diprediksi akan melemah pada pekan depan seiring dengan laporan data ketenagakerjaan AS

VP Economis Bank Permata Josua Pardede mengatakan, nilai tukar rupiah akan cenderung bergerak melemah terbatas pada Senin (9/8/2021) pekan depan. Hal ini terjadi seiring dengan proyeksi data nonfarm payroll (NFP) AS yang lebih tinggi dari perkiraan.

Rupiah diperkirakan bergerak pada kisaran Rp14.300 – Rp14.400,” katanya saat dihubungi Bisnis, Sabtu (7/8/2021)

Josua memaparkan, kenaikan NFP diperkirakan kembali mendorong ekspektasi percepatan proses tapering dari The Fed. Hal ini bepotensi meningkatkan permintaan terhadap dolar AS.

Penguatan dolar AS juga ditopang oleh rilis data inflasi AS pada pertengahan minggu depan. Meski demikian, bila indikator AS lebih buruk dibandingkan ekspektasi, maka pergerakan dolar akan cenderung berbalik arah.

“Sehingga rupiah juga masih berpotensi menguat,” tambahnya.

Sebelumnya, berdasarkan data Bloomberg, rupiah terdepresiasi 0,07 persen menjadi Rp14.352 per dolar AS pada Jumat (6/8/2021).

Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi menjelaskan penguatan dolar AS terjadi karena investor menantikan laporan ketenagakerjaan di AS.

Data tersebut dinilai dapat mengindikasikan AS bakal memperketat kebijakan moneternya lebih awal dari Eropa dan Jepang, yang mana di kedua wilayah tersebut prospeknya tampak masih jauh.

Pernyataan Wakil Ketua Fed Richard Clarida awal pekan ini tentang kondisi menaikkan suku bunga dapat terjadi pada akhir 2022 telah memicu kekhawatiran pengurangan stimulus dapat dimulai pada awal tahun ini. 

“Pandangannya digaungkan oleh Gubernur Fed Christopher Waller ketika pemulihan ekonomi dari Covid-19 berlanjut dan pasar tenaga kerja membaik,” tulis Ibrahim dalam riset harian, Jumat (6/8/2021).

Dari dalam negeri, pemerintah menegaskan proses pemulihan ekonomi nasional pada semester II/2021 akan sangat bergantung pada penanganan pandemi. Perlu diingat bahwa pemulihan ekonomi pada kuartal III/2021 bakal terhambat karena ada peningkatan kasus Covid-19 varian delta yang mendorong pemerintah memberlakukan PPKM Darurat yang kemudian berubah nama menjadi PPKM Level 4.

PPKM Level 4 yang diperkirakan bisa berlangsung hingga 12 bulan disebut akan berpengaruh terhada pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai kuartal III/2021.

“Sedangkan kalau melihat di lapangan bahwa ekonomi benar-benar stagnan. Dan ini bisa terlihat dari tutupnya beberapa perusahaan ritel dan bahkan  bangkrut,” tulis Ibrahim.

Ibrahim memperkirakan mata uang Garuda akan bergerak fluktuatif cenderung melemah pada perdangan berikutnya pada rentang Rp14.340 - Rp14.380.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper