Bisnis.com, JAKARTA - PT PP Presisi Tbk. membukukan perolehan kontrak baru senilai Rp2,8 triliun pada paruh pertama tahun ini.
Realisasi tersebut setara dengan 75,67 persen dari target kontrak baru yang ditetapkan untuk 2021 senilai Rp3,7 triliun.
Direktur Utama PP Presisi Rully Noviandar menjelaskan perolehan kontrak baru tersebut berasal dari sejumlah proyek a.l. pembangunan Tol Cinere Jagorawi Seksi 3 senilai Rp1,1 triliun, pelebaran taxiway dan perpanjangan runway Bandara Sentani senilai Rp72 miliar, dan suplai beton Cisumdawu senilai Rp41 miliar.
Selain itu, emiten dengan kode saham PPRE ini juga mendapatkan kontrak proyek melalui anak usaha perseroan yaitu PT LMA a.l. pembangunan Kawasan Industri Batuta fase 2 senilai Rp533,9 miliar dan pekerjaan rock excavation Bandara Dhoho Kediri senilai Rp21,7 miliar.
“Pencapaian tersebut tentunya memberikan semangat bagi kami untuk mencapai target kontrak baru hingga akhir 2021. Tambah lagi, 71 persen dari total kontrak baru tersebut kami peroleh dari pasar nongrup yang artinya kompetitivitas PP Presisi meningkat melalui jangkauan pasar yang lebih luas,” kata Rully dalam siaran pers, Selasa (6/7/2021).
Adapun, komposisi per lini terhadap total kontrak baru tersebut didominasi oleh pekerjaan sipil sebesar 69 persen, jasa pertambangan 23 persen, produksi pembangkit tenaga listrik (production plant) 6 persen, dan sisanya structure work dan penyewaan alat berat.
Baca Juga
Untuk meningkatkan kontrak baru dan menambah laba serta memperbaiki aliran kas, PPRE disebut kian giat mengembangkan pasar di luar grup PP.
Rully menyebut PPRE juga berupaya menaikkan posisi dari subkontraktor menjadi kontraktor utama serta melakukan diversifikasi di jasa pertambangan dengan sistem kontrak kerja jangka panjang.
Direktur Operasi PP Presisi Darwis Hamzah menambahkan dengan pencapaian 76 persen dari target kontrak baru 2021 hingga semester I/2021 ini, perseroan optimistis target tahun ini akan tercapai bahkan terlewati.
“Selain itu, pada kuartal berikutnya kami dapat fokus untuk mengoptimalkan burn out dari pemasaran yang telah diperoleh dengan tetap memperhatikan kualitas pekerjaan,” ujar Darwis.