Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak dunia melanjutkan tren pelemahannya seiring dengan lonjakan penyebaran virus corona yang meningkatkan kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan.
Pelemahan terjadi jelang pertemuan rutin OPEC+ pada pekan ini dan berpotensi memicu aliansi tersebut meningkatkan produksi minyak.
Berdasarkan data Bloomberg pada Selasa (29/6/2021), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) sempat terpantau turun hingga 0,4 persen pada US$72,59 per barel. Sementara itu, minyak jenis Brent kontrak Agustus 2021 terpantau turun 0,5 persen pada posisi US$74,32 per barel.
Koreksi harga terjadi seiring dengan munculnya varian delta dari virus corona yang memicu peningkatan kasus positif di Inggris. Hal tersebut berimbas pada kembali berlakunya lockdown di beberapa wilayah.
Lonjakan penyebaran kasus positif ini akan menjadi perhatian negara-negara anggota OPEC+ dalam pertemuannya pada Kamis besok. Rencananya, OPEC+ akan kembali menambah produksi minyak harian pada Agustus mendatang.
Adapun sepanjang Juni 2021, harga minyak dunia masih naik sekitar 10 persen seiring dengan pemulihan ekonomi di AS dan China yang memicu peningkatan konsumsi bahan bakar dan pengetatan pasokan minyak dunia.
Baca Juga
Victor Shum, Vice President of Energy Consulting di IHS Markit menjelaskan, koreksi harga minyak dunia utamanya disebabkan oleh varian delta dari virus corona. Meski demikian, pihaknya masih melihat adanya penguatan permintaan pada beberapa wilayah.
“Kenaikan permintaan ini ditopang oleh negara-negara seperti AS, China, dan wilayah Timur Tengah,” jelasnya dikutip dari Bloomberg.
Sebelumnya, Analis Morgan Stanley, Martijn Rats dan Amy Sergeant dalam laporannya meningkatkan proyeksi harga minyak global untuk jangka panjang baik untuk jenis Brent maupun West Texas Intermediate (WTI).
Proyeksi harga kedua jenis minyak dinaikkan sebesar US$10 per barel menjadi US$60 per barel untuk Brent dan US$57,50 per barel untuk WTI. Morgan Stanley menilai tekanan yang dihadapi perusahaan minyak akan berimbas positif untuk OPEC.
“OPEC akan berada di posisi yang tepat untuk mempertahankan ketatnya pasokan minyak di pasar lebih lama seiring dengan tekanan yang dihadapi oleh produsen-produsen minyak non-OPEC,” demikian kutipan laporan tersebut.