Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja emiten produsen baja PT Krakatau Steel Tbk. (KRAS) kian melesat. Namun, perjalanan emiten pelat merah tersebut masih panjang untuk mencapai kondisi normal.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio menuturkan kuartal perdana pada 2021 ini, KRAS menorehkan kinerja yang sangat impresif.
Untuk pendapatan naik sekitar 56 persen secara kuartalan dengan nilai US$484 juta. Walau begitu, emiten berkode KRAS ini mencatatkan laba bersih menurun lantaran pendapatan dari selisih kurs menurun.
"Kinerja KRAS memang patung diacungi jempol lantaran tren positif dari tahun lalu, walau di tengah tahun pandemi masih berlanjut di kuartal I/2021 ini," jelasnya kepada Bisnis, Selasa (8/6/2021).
Dia melanjutkan dengan modal tren perbaikan yang positif ini, KRAS yang memiliki wacana untuk IPO anak perusahaan, sebagai langkah untuk restrukturisasi permodalannya, terutama untuk memenuhi kewajiban utang yang akan jatuh tempo nanti merupakan langkah yang baik.
Dengan begitu, beban keuangannya dapat berkurang tanpa menambah utang lagi, apalagi kinerjanya baru saja mulai membaik. Untuk rasio hutang alias debt to equity ratio (DER) pada 2020 masih cukup tinggi yaitu 6x.
"Langkah perbaikan KRAS mungkin diawali sejak kebijakan spin-off atau perampingan organisasi. Jadi KRAS benar-benar serius dalam upaya untuk memperbaiki kinerja dan manajemennya, hal ini juga mendapat sambutan positif dari kreditur untuk restrukturisasi hutangnya," paparnya.
Frankie menilai semester II/2021 nanti diproyeksikan KRAS masih dalam momen positif, walau mungkin pendapatan akan cenderung stabil.
Kendati demikian, efisiensi yang dilakukan dapat membuat KRAS melanjutkan tren torehan laba bersih yang positif.
"Untuk sahamnya mungkin masih bakal mendatar, berhubung emiten plat merah ini masih bergelut dengan rasio hutang yang tinggi," katanya.
Terlebih lagi, jelasnya, sebenarnya saham KRAS juga sudah naik cukup tinggi semenjak titik terendah tahun lalu di level 124 per sahamnya. Dengan demikian, dia masih merekomendasikan wait and see untuk saham KRAS.
Pada perdagangan hari ini, Selasa (8/6/2021), harga saham KRAS turun 20 poin alias 3,08 persen ke level 630 dengan kapitalisasi pasar Rp12,19 triliun.
Berdasarkan laporan keuangan yang belum diaudit per 31 Maret 2021, KRAS mencatatkan pendapatan bersih sebesar US$484,2 juta meningkat 55,59 persen dari pendapatan periode yang sama 2020 sebesar US$311,18 juta.
Sayangnya, beban perseroan justru turut meningkat, beban pokok pendapatan meningkat menjadi US$412,71 juta dari posisi US$257,08 juta pada kuartal I/2020.
Dengan demikian, laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk turun 70,2 persen menjadi US$22,08 juta dari periode yang sama tahun lalu sebesar US$74,14 juta.
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian tahun 2020 emiten berkode saham KRAS tersebut membalik kerugian di tahun 2019 sebesar US$505,39 juta menjadi laba sebesar US$22,64 juta. Ini menjadi laba pertama setelah 8 tahun berturut mencatatkan kerugian.
Namun emiten tersebut justru membukukan penurunan pendapatan bersih sebesar 4,93 persen dari US$1,42 miliar pada 2019 menjadi US$1,35 miliar atau setara Rp19,44 triliun pada 2020.
Efisiensi pada emiten tersebut menjadikan perseroan mampu menurunkan biaya operasional sebesar 41 persen di tahun 2020, dari Rp4,8 triliun pada 2019 menjadi Rp2,8 triliun.
Adapun, perusahaan produsen baja nasional tersebut memiliki pinjaman yang akan jatuh tempo pada 2021 sebesar US$258.897 termasuk pinjaman Tranche B sebesar US$243.801.
Sejatinya, pembayaran pinjaman Tranche B ini sebelumnya telah dijadwal ulang dari sebelumnya jatuh tempo September 2020 menjadi September 2021, sesuai kesepakatan dengan pemberi pinjaman tanggal 26 Oktober 2020.
Guna menghadapi persoalan utang itu, KRAS berencana untuk mendivestasikan saham perseroan di beberapa entitas anak usahanya.
“Untuk menutupi kebutuhan pelunasan pinjaman tersebut, manajemen berencana untuk melakukan divestasi saham perusahaan di beberapa anak perusahaan untuk ditawarkan bersama-sama sebagai satu perusahaan sub-holding kawasan industri kepada investor strategis," ungkap laporan keuangan kuartal I/2021 perseroan.
Sampai dengan tanggal penyelesaian laporan keuangan konsolidasian, inisiatif divestasi tersebut telah berjalan, termasuk pelaksanaan kajian hukum dan perpajakan serta rencana rinci divestasi tersebut.
Manajemen menargetkan bahwa rencana divestasi tersebut akan selesai sebelum jadwal waktu pelunasan pembayaran pinjaman yang jatuh tempo. Keyakinan itu didasarkan pada sumber pendanaan atas pembayaran pinjaman yang bergantung terhadap penerimaan dari divestasi tersebut.
Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim menuturkan perseroan menargetkan dapat kembali melanjutkan capaian positif tahun ini.
"Kinerja perseroan juga menunjukkan perbaikan sebesar 77 persen karena adanya peningkatan EBITDA secara signifikan dari Rp429 miliar pada kuartal I/2020 menjadi Rp758 miliar di kuartal I/2021,” ungkapnya.
Silmy menambahkan perseroan menargetkan peningkatan pendapatan menjadi Rp28 triliun pada 2021 atau meningkat 43 persen dibandingkan dengan realisasi pada 2020.
Terkait dengan target peningkatan penjualan tahun ini, produk-produk hilir yang Krakatau Steel kembangkan juga terus diluncurkan kepada konsumen yang bertujuan agar penyerapan produk baja dalam negeri meningkat.
“Transformasi dan restrukturisasi yang kami jalankan adalah sebuah program yang berkelanjutan. Segala potensi perbaikan akan terus kami kejar. Dengan demikian, kami yakin di tahun 2021 pun Krakatau Steel akan meningkat kinerjanya,” jelasnya.