Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cadangan Devisa RI Turun, IHSG Ikut Melemah pada Sesi I

IHSG melemah 0,74 persen atau 44,68 poin ke level 6.025,25, setelah bergerak dalam kisaran 6.015,56-6.075,89.
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung memotret papan elektronik yang menampilkan pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Senin (22/3/2021). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) harus berakhir di zona merah pada sesi I perdagangan hari ini, Selasa (8/6/2021).

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,74 persen atau 44,68 poin ke level 6.025,25, setelah bergerak dalam kisaran 6.015,56-6.075,89.

Dari keseluruhan konstituen IHSG, 148 saham menguat, 341 saham melemah, dan 148 saham stagnan. Kapitalisasi pasar IHSG tercatat mencapai Rp7.153,35 triliun.

Total transaksi saham pada akhir sesi I mencapai 19,62 lembar dengan nilai sebesar Rp6,42 triliun

Investor asing tercatat melakukan jual bersih atau net sell mencapai Rp197,70 pada sesi I, dengan sasaran utama saham PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk (AMRT) sebesar RP53,5 miliar, disusul PT Sarana Menara Nusantara TBk (TOWR) dengan raihan net sell Rp26,8 miliar.

IHSG melemah setelah Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia turun pada akhir Mei 2021 dibandingkan bulan sebelumnya.

BI melaporkan cadangan devisa sebesar US$136,4 miliar, turun dari US$138,8 miliar pada April 2021.

Meski mengalami penurunan, Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menyampaikan bahwa posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Cadangan Devisa pada periode Mei ini pun berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.

“BI menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan,” katanya dalam siaran pers, Selasa (8/6/2021).

Erwin menjelaskan, penurunan posisi cadangan devisa pada Mei 2021 disebabkan oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Namun demikian, BI memandang posisi cadangan devisa ini tetap memadai, yang didukung oleh stabilitas dan prospek ekonomi yang terjaga, seiring dengan berbagai respons kebijakan dalam mendorong pemulihan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper