Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar dan Obligasi AS Melandai, Harga Emas Melejit Lampaui US$1.800

Investor kini menunggu data non farm payroll AS untuk bulan April yang akan dirilis akhir pekan ini.
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas melonjak pada akhir perdagangan Kamis (6/5/2021), di tengah pelemahan dolar AS dan imbal hasil obligasi pemerintah AS.

Sementara itu, investor menunggu data non farm payroll AS untuk bulan April yang akan dirilis akhir pekan ini.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Juni di divisi Comex New York Exchange ditutup melonjak US$31,4 atau 1,76 persen ke level US$1.815,70 per troy ounce. Emas kembali bertengger di atas level psikologis US1.800 setelah menyentuh klevel tertinggi sepanjang sesi di US$1.818.25.

"Federal Reserve AS terus mendorong kembali (emas) ke sini, itu bagus untuk emas, itu menjaga imbal hasil lebih rendah. Saya pikir ini pada akhirnya akan menyebabkan melemahnya dolar AS,” kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management.

"Pengujian level US$1.800 lebih cepat daripada yang diperkirakan, cara pasar ini bergerak menuju sikap Fed yang sangat dovish," lanjutnya.

Imbal hasil obligasi Treasury AS 10 tahun yang menjadi acuan tergelincir di bawah 1,6 persen dan mendekati level terendah satu minggu pada Selasa (4/5/2021).

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya ditutup melemah 0,357 poin atau 0,39 persen ke level 90,951 pada Kamis.

Fokus investor sekarang bergeser ke laporan pekerjaan bulanan AS pada Jumat waktu setempat, yang diperkirakan menunjukkan data nonfarm payroll meningkat sebesar 978.000 pada bulan lalu.

Ekonomi AS mungkin tumbuh lebih cepat dan pengangguran turun lebih cepat dari yang diproyeksikan oleh pembuat kebijakan inti Fed pada Maret, Gubernur Fed Michelle Bowman mengatakan pada Rabu (5/5/2021).

Namun, Presiden The Fed wilayah Chicago Charles Evans mengulangi kekhawatirannya tentang pencapaian target inflasi 2,0 persen dan mengatakan ia mengharapkan kebijakan moneter tetap akomodatif untuk beberapa waktu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper