Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pangkas Produksi Timah, TINS Pacu Bisnis Batu Bara Premium

TINS mulai memoles performa bisnis penambangan batu bara yang beroperasi di Kalimantan Selatan.
Tumpukan timah batangan dengan segel PT Timah Tbk./Bloomberg
Tumpukan timah batangan dengan segel PT Timah Tbk./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN pertambangan logam PT Timah Tbk. (TINS) bakal memacu bisnis sampingan, yakni batu bara kalori tinggi atau premium.

Sekretaris Perusahaan Timah Abdullah Umar menyampaikan di samping pertimahan sebagai bisnis utamanya, TINS mulai memoles performa bisnis penambangan batu bara yang beroperasi di Kalimantan Selatan dengan lahan IUP seluas 9.721 Ha dan berkadar Gross Air Received (GAR) 6.200 Kcal/Kg.

Ditambah pamor nikel yang makin membaik membuat TINS lebih intensif menggarap penambangan nikelnya yang berlokasi di Sulawesi Tenggara dengan luas IUP sebesar 300 Ha.

Kinerja anak perusahaan TINS mulai tumbuh sesuai ekspektasi, diantaranya batubara dan nikel. Diharapkan kontribusi pendapatan di luar bisnis timah terus tumbuh dan mampu menopang keberlanjutan Perseroan ke depannya.

“TINS memiliki batubara yang berkalori tinggi dan diminati pasar. Dengan harga batubara yang relatif stabil, dan diharapkan tingkat produksi di level 500.000 ton-750.000 ton pada tahun 2021 akan berdampak positif terhadap kinerja finansial perseroan," ujarnya, Jumat (7/5/2021).

Sementara itu, Timah mencatatkan penurunan pendapatan sepanjang kuartal I/2021. Kendati demikian, catatan bottom line perseroan malah membaik.

Abdullah menyampaikan setelah dipukul badai pandemi yang demikian masif, TINS mulai menambah armada penambangan offshore secara bertahap.

Produksi bijih timah pada kuartal I/2021 tercatat sebesar 5.025 ton yang mana sebesar 61 persen berasal dari offshore.

Produksi logam timah pada kuartal I/2021 terkoreksi 63 persen menjadi 5.220 ton dan penjualan logam timah terkoreksi 66 persen menjadi 5.912 ton.

"Fluktuasi harga logam timah di LME bergerak di rentang harga yang terbatas, dan diramalkan masih akan terus kinclong sampai dengan akhir tahun," urainya.

Sebagai produsen terbesar timah kedua di dunia, TINS memiliki posisi tawar yang menentukan di pasar timah dunia.

Berdasarkan Laporan Keuangan interim per 31 Maret 2021, TINS mencatatkan pendapatan sebesar Rp2,44 triliun atau turun sekitar 45 persen dibandingkan dengan kuartal I/2020 sebesar Rp4,42 triliun.

Berkat efektivitas manajemen biaya, TINS berhasil membukukan laba operasi sebesar Rp131 miliar atau naik signifikan dibandingkan kuartal I/2020 yang minus sebesar Rp434 miliar.

Sementara itu, laba tahun berjalan kuartal I/2021 sebesar Rp10 miliar, naik signifikan dibandingkan kuartal I/2020 minus sebesar Rp413 miliar.

Profitabilitas TINS terus membaik yang nampak dari Gross Profit Margin (GPM) sebesar 13,21 persen dan Net Profit Margin (NPM) sebesar 0,42 persen.

Adapun likuiditas TINS masih sehat dengan Current Ratio sebesar 128,57 persen. Solvabilitas TINS juga menunjukkan perbaikan dimana Debt to Equity Ratio (DER) sebesar 123,19 persen.

Sumber daya dan cadangan timah offshore merupakan aset strategis untuk menjaga keberlangsungan bisnis pertimahan yang dilakoni TINS.

Cadangan timah TINS per akhir tahun 2020 tercatat sebesar 282.312 ton yang 94 persen diantaranya berlokasi di offshore, sedangkan sumber daya timah tercatat sebesar 823.420 ton dengan komposisi offshore sebesar 51 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper