Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jalur Pelayaran Suez Lumpuh, Ancam Kelancaran Pasokan Aluminium

Harga aluminium melonjak 2,3 persen ke US$2.298 per ton pada Jumat (26/3/2021). Level harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan 2018.
Roll forming adalah proses pengrolan dingin dengan tujuan pembentukan suatu profil baja (lapis paduan zinc atau zinc & aluminium atau zinc, aluminium, dan magnesium) menjadi produk akhir seperti atap gelombang, genteng metal, rangka atap, rangka plafon dan dinding. /ARFI
Roll forming adalah proses pengrolan dingin dengan tujuan pembentukan suatu profil baja (lapis paduan zinc atau zinc & aluminium atau zinc, aluminium, dan magnesium) menjadi produk akhir seperti atap gelombang, genteng metal, rangka atap, rangka plafon dan dinding. /ARFI

Bisnis.com, JAKARTA – Lumpuhnya jalur pelayaran di Terusan Suez memperbesar risiko kelangkaan aluminium yang vital pada industri konstruksi dan transportasi.

Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (28/3/2021), pasokan produk olahan aluminium seperti aluminium billet semakin berkurang seiring dengan melonjaknya output industri di Eropa dan AS.

Masalah ini juga diperparah dengan upaya sektor industri yang sedang melakukan penyetokan ulang jelang lockdown.

Seiring dengan kelangkaan ini, harga aluminium pun melonjak 2,3 persen ke US$2.298 per ton pada Jumat (26/3/2021). Level harga tersebut merupakan yang tertinggi sejak pertengahan 2018.

Sejumlah pemasok aluminium dari wilayah Timur Tengah seperti Emirates Global Aluminium dan Aluminium Bahrain BSC menyediakan logam setengah jadi yang tidak dapat diproduksi oleh perusahaan-perusahaan lain.

Meski saat ini belum ada konfirmasi terkait pengiriman aluminium yang terhambat di Terusan Suez, aliran pasokan logam ini akan terancam apabila kelumpuhan tersebut terus berlanjut. Apalagi, proses pengeluaran Kapal Ever Given diprediksi membutuhkan waktu setidaknya selama sepekan.

Gangguan pada kargo aluminium dalam jangka pendek umumnya tidak menjadi masalah pada pasar komoditas logam ini. Meski demikian upaya pelaku pasar mencari aluminium di Eropa membuat biaya pengiriman yang dibayarkan oleh konsumen mengalami kenaikan.

Sejumlah pelaku pasar mengatakan krisis di Terusan Suez dapat memperburuk keadaan. Senior Metals Analyst di Wood Mackenzie Kamis Wlazly mengatakan keadaan pasar aluminium global saat ini cukup gaduh.

“Ada masalah yang jauh lebih penting dibandingkan lumpuhnya transportasi di Terusan Suez, hal ini hanya menjadi isu tambahan,” katanya dikutip dari Bloomberg pada Minggu (28/3/2021).

Lembaga riset Harbor Aluminium menyebutkan saat ini pengiriman aluminium dari tiga kapal dengan muatan sekitar 25 ribu hingga 75 ribu ton aluminium ke AS tertunda akibat insiden di Suez. Hal ini dinilai dapat memicu kenaikan produk aluminium khusus hingga 2 persen.

“Penundaan ini juga dapat memacu kenaikan biaya pengiriman aluminium mendekati rekor tertinggi sepanjang masa,” demikian kutipan laporan tersebut.

Managing Director Harbor Aluminium, Jorge Vazquez mengatakan, penundaan pengiriman ini umumnya tidak akan menimbulkan dampak signifikan. Meski demikian, situasi pasar saat ini dimana semua pengiriman mengalami keterlambatan semakin menambah sentimen bullish.

“Pasar aluminium sudah terdampak negatif akibat kelangkaan kontainer. Penundaan pengiriman ini semakin tidak membantu,” paparnya.

Sejumlah pelaku pasar telah melihat insiden di Suez dapat diatasi dengan melakukan drawdown pada persediaan aluminium yang tersisa. Meski demikian, apabila masalah di Suez tidak segera diselesaikan segera, kondisi pasar aluminium akan semakin dipenuhi ketidakpastian.

Analis CRU Group Greg Wittbecker mengatakan persediaan aluminium saat ini hanya tersisa untuk penggunaan 6 pekan ke depan. Secara historis, dengan sisa alumunium di kisaran 6 pekan atau 45 – 50 hari, pelaku pasar akan semakin khawatir.

“Karena rantai produksi alumunium tidak akan bekerja secara optimal pada jangka waktu yang sempit,” ujar Wittbecker.

Para pembeli aluminium billet di AS juga menghadapi masalah kelangkaan yang sama. Perusahaan penghasil aluminium di AS cenderung pesimistis pada tahun lalu.

Produsen terbesar, Alcoa, mengatakan pihaknya membatasi produk-produk bernilai tambah dan meningkatkan output aluminium mentah, dengan tidak memperkirakan laju pemulihan ekonomi.

Sementara itu, perubahan regulasi untuk mengurangi emisi di China telah memicu perubahan drastis tentang asumsi pasokan aluminium. Harga aluminium di bursa Shanghai naik ke level tertingginya dalam hampir 1 dekade pada awal Maret lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper