Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sambut Era Suku Bunga Mini, Saham Properti Bermekaran

Beragam insentif dari mulai suku bunga rendah hingga pelonggaran loan to value dinilai bakal membangkitkan sektor properti tahun ini. Kendati demikian, pertumbuhan di sektor tidak akan melaju signifikan.
Tengara atau landmark Perumahan CitraRaya Tangerang, salah satu proyek properti besutan PT Ciputra Development Tbk.
Tengara atau landmark Perumahan CitraRaya Tangerang, salah satu proyek properti besutan PT Ciputra Development Tbk.

Bisnis.com, JAKARTA – Tren suku bunga rendah akan menjadi salah satu katalis pertumbuhan bagi emiten-emiten di sektor properti. Usai keputusan Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan ke level terendah, investor langsung merespons positif.

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, pada perdagangan hari ini, Jumat (19/2/2021), indeks saham properti berdasarkan klasifikasi JASICA naik 0,55 persen ke level 388,012. Adapun saham properti berdasarkan klasifikasi IDX-IC naik 0,88 persen ke posisi 940,422.

Saham properti yang menguat antara lain PT Summarecon Agung Tbk (+5,75 persen), PT Lippo Karawaci Tbk (+5,00 persen), dan PT Ciputra Development Tbk. (+4,91 persen). Kemudian PT Agung Podomoro Land Tbk. (+2,78 persen) dan PT Pakuwon Jati Tbk. (+1,83 persen).

Analis Artha Sekuritas Dennies Christoper menuturkan, sektor properti masih cukup menjanjikan untuk tahun ini. Menurutnya, properti masih memiliki potensi pertumbuhan yang baik meskipun tidak akan signifikan.

Salah satu sentimen pendukung sektor ini adalah penurunan suku bunga acuan yang dilakukan Bank Indonesia (BI). Menurut Dennies, hal tersebut dapat memacu pemulihan penyaluran kredit yang dampaknya akan dirasakan di sektor properti. Pada saham properti, Dennies memilih saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) dan PT Ciputra Development Tbk (CTRA).

Di sisi lain, Analis Senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, prospek saham di sektor otomotif dan properti amat bergantung pada implementasi kebijakan suku bunga rendah yang ada saat ini. Reza menjelaskan, era suku bunga rendah seharusnya dapat diikuti dengan penurunan suku bunga kredit perbankan untuk mendorong kenaikan penyaluran.

Meski demikian, kenyataannya penurunan suku bunga acuan yang dilakukan BI tidak serta merta diikuti oleh perbankan karena adanya penyesuaian dalam perhitungan suku bunga kredit masing-masing bank.

“Di sisi lain, dari sisi permintaan juga harus dilihat apakah roda usaha dan ekonomi telah berjalan atau belum,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper