Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Aneka Tambang Tbk., menargetkan penjualan emas sebanyak 18 ton pada 2021, atau turun dibandingkan realisasi 2020 sejumlah 21,7 ton.
SVP Corporate Secretary Aneka Tambang Kunto Hendrapawoko mengatakan ANTM menargetkan produksi 2021 sebesar 1,37 ton emas yang berasal dari tambang emas Pongkor dan Cibaliung, dengan tingkat penjualan emas mencapai 18 ton emas.
Target itu lebih rendah daripada capaian produksi dan penjualan emas pada tahun lalu. Sepanjang 2020 ANTM mencatatkan volume produksi emas unaudited sebesar 1.672 kilogram atau setara 1,67 ton, sedangkan volume penjualan emas mencapai 21.797 kilogram atau 21,7 ton.
Terlepas dari hal itu, ANTM menjelaskan bahwa pada tahun ini perseroan akan fokus untuk pengembangan bisnis logam mulia di pasar domestik seiring dengan meningkatnya permintaan dan kesadaran masyarakat untuk investasi emas.
"ANTM berencana terus memperkuat bisnis tersebut melalui inovasi produk dan perluasan pasar. Adapun, untuk mendukung target itu belum lama ini ANTM meluncurkan produk logam mulia edisi terbatas imlek tahun kerbau," paparnya dalam keterangan resmi, dikutip Senin (15/2/2021).
Sementara itu, harga emas batangan 24 karat PT Aneka Tambang Tbk. pada hari Senin (15/2/2021) terpantau stagnan dibandingkan dengan perdagangan kemarin.
Baca Juga
Berdasarkan informasi dari Unit Bisnis Pengolahan dan Pemurnian Logam Mulia Antam, harga emas 24 karat ukuran 1 gram dijual senilai Rp940.000 per gram, tidak berubah dari harga Minggu (14/2/2021).
Di sisi lain harga jual kembali (buyback) emas Antam berada di level Rp820.000 per gram, juga tidak mengalami perubahan dari posisi sebelumnya. Harga buyback itu turun dibandingkan Rp855.000 pada 30 Desember 2029.
Antam tampak lebih agresif memacu bisnis nikel. Kunto Hendrapawoko mengatakan bahwa perseroan menargetkan volume produksi bijih nikel pada 2021 sebesar 8,44 juta wet metric ton (wmt). Jumlah itu naik 77 persen dibandingkan dengan capaian produksi bijih nikel unaudited 2020 yang hanya sebesar 4,76 juta wmt.
Kunto menjelaskan bahwa peningkatan produksi bijih nikel tersebut akan digunakan sebagai bahan baku pabrik feronikel perseroan dan mendukung penjualan kepada pelanggan domestik.
Selain itu, emiten berkode saham ANTM itu juga menargetkan penjualan bijih nikel 2021 naik 104 persen menjadi 6,71 juta wmt. Pada 2020, penjualan bijih nikel unaudited ANTM hanya mencapai 3,3 juta wmt.
“Peningkatan target penjualan itu juga seiring dengan outlook pertumbuhan industri pengolahan nikel di dalam negeri,” ujar Kunto.
Sementara itu, untuk target volume produksi dan penjualan feronikel 2021 relatif stabil yaitu, sebesar 26.000 ton nikel dalam feronikel (TNi). Target itu tidak jauh berbeda dengan capaian 2020 yaitu produksi unaudited sebesar 25.970 TNi dan penjualan unaudited sebesar 26.163 TNi.
Kunto menjelaskan target itu disesuaikan dengan langkah optimalisasi produksi pabrik feronikel perseroan di Pomalaa, Sulawesi Tenggara.