Bisnis.com, JAKARTA – Emiten Grup Astra dinilai semakin prospektif untuk mencetak pertumbuhan kinerja pada tahun ini. Kendati demikian, hampir seluruh saham emiten grup milik konglomerat William Soeryadjaya masih terperangkap di zona merah.
Berdasarkan data Bloomberg, sepanjang tahun berjalan 2021 seluruh saham perusahaan Grup Astra yang melantai di Bursa Efek Indonesia terkoreksi.
Pelemahan dipimpin oleh saham PT United Tractors Tbk. (UNTR) yang turun 11,75 persen, disusul saham PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) terkoreksi 7,73 persen, dan saham PT Astra Agro Lestari Tbk. (AALI) turun 7,1 persen.
Kemudian, saham PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO) turun 7,17 persen, saham PT Astra International Tbk. (ASII) melemah 2,07 persen, dan saham PT Astra Graphia Tbk. (ASGR) turun tipis 0,63 persen.
Padahal, Senior Vice President Research PT Kanaka Hita Solvera Janson Nasrial mengatakan bahwa sebagian besar emiten Grup Astra seharusnya memiliki peluang yang sangat besar untuk mencetak kinerja yang baik pada tahun ini.
Dia menjelaskan bahwa pertumbuhan laba per saham (earning per share/EPS) untuk emiten Grup Astra pada tahun ini bisa mencapai high double digit.
“Pertumbuhan EPS 15-18 persen untuk Grup Astra di sektor otomotif, tetapi di sektor komoditas seperti sawit dan batu bara EPS bisa bertumbuh di atas 20 persen, hal itu karena sesimpel EPS tahun lalu mulai dari base yang rendah sekali sehingga dapat lompat tumbuh jauh sekali,” ujar Janson saat dihubungi Bisnis, Rabu (10/2/2021).
Dimulainya vaksinasi Covid-19 dan mulai terbiasanya konsumen dengan adaptasi baru menghadapi pandemi menjadi katalis positif bagi emiten Grup Astra untuk memacu kinerjanya tahun ini.
Belum, pertumbuhan domestik bruto (PDB) yang juga diproyeksi lebih baik daripada tahun lalu menjadi peluang bagi emiten Grup Astra.
Namun, Janson menilai tantangan besar masih dihadapi anak usaha Grup Astra dibidang kontraktor, seperti ACST karena kompetisi area konstruksi infrastruktur pada tahun ini akan cukup berat.
Di antara saham Grup Astra, Janson menjadikan ASII sebagai pilihan utamanya karena pengenalan model varian baru dari Toyota dengan harga yang lebih murah dan didukung harga komoditas yang naik pada 2021 menjadi katalis pendongkrak pertumbuhan EPS ASII lebih baik.
Dia merekomendasikan buy on weakness untuk ASII di level Rp5.800 dengan target price Rp7.200. Sementara itu untuk saham lainnya, AALI buy on weakness Rp10.800 dengan target price Rp16.000, UNTR buy on weakness Rp22.500 dengan target price Rp32.000, dan AUTO buy on weakness Rp950 dengan target price Rp1.200.