Bisnis.com, JAKARTA - Emiten barang konsumer PT Unilever Indonesia Tbk. memperkirakan bisnis fast moving consumer goods (FMCG) baru akan membaik di semester II/2021 seiring dengan pemulihan daya beli masyarakat.
Presiden Direktur Unilever Indonesia Ira Noviarti mengatakan bahwa kondisi pada semester pertama tahun ini memang sudah lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Namun, pemulihan yang terjadi di industri barang konsumen yang bergerak cepat saat ini disebutnya masih dalam laju moderat.
“Saya melihat trennya di semester pertama ini kelihatan sedikit membaik, belum sepenuhnya (fully),” kata Ira, Rabu (27/1/2021).
Perempuan yang sempat memimpin divisi Beauty & Personal Care dan managing director di Unilever Foods Solutions South East Asia itu menambahkan bahwa konsumsi masyarakat akan bergantung dengan keberhasilan program vaksinasi.
Oleh karena itu, emiten dengan kode saham UNVR juga turut mendukung program vaksin dengan mengandalkan jalur distribusi rantai dingin milik perseroan.
Dengan bantuan distribusi rantai dingin milik UNVR, pemerintah bakal lebih mudah mengendalikan penyimpanan vaksin yang akan didistribusikan hingga ke 20.000 puskesmas se-Indonesia
“Pemulihan kalau saya lihatnya akan terjadi di semester dua. Ini semua prediksi, yang bisa kami lakukan sebagai market leader adalah menggerakkan konsumsi lebih cepat lagi,” jelas Ira.
Berdasarkan laporan keuangan per September 2020, pendapatan Unilever Indonesia bertumbuh tipis 0,3 persen secara tahunan menjadi Rp32,46 triliun.
Selanjutnya laba tahun berjalan sepanjang periode Juli hingga September 2020 naik 0,3 persen secara tahunan dan 3,5 persen secara kuartalan menjadi Rp1,8 triliun.
Dibandingkan dengan rata-rata profit sepanjang periode hingga kuartal ketiga tahun 2015 hingga 2019, laba bersih perseroan pada periode yang sama tahun ini berada di bawah ekspektasi konsensus yakni 72,2 persen dari 75 persen run-rate.