Bisnis.com, JAKARTA – Industri otomotif dalam negeri diprediksi masih diselimuti ketidakpastian. Emiten-emiten sparepart pun masih belum berani memasang target pada 2021.
Corporate Secretary PT Selamat Sempurna Tbk. (SMSM) Lidiana Widjojo mengungkapkan mengingat kondisi ketidakpastian yang masih tinggi karena pandemi Covid-19 pihaknya belum dapat memperkirakan target penjualan dan pendapatan pada 2021.
"SMSM belum bisa memperkirakan target penjualan serta pendapatannya pada tahun 2021. Namun demikian, SMSM memperkirakan pencapaian mendekati kondisi 2019," ujarnya kepada Bisnis, Rabu (20/1/2021).
Dia pun enggan memperkirakan proyeksi pendapatannya mengingat faktor ketidakpastian akibat Covid-19 yang masih tinggi.
Sementara itu, dalam kondisi saat ini, emiten bersandi SMSM akan lebih fokus memperdalam pada existing market yang sudah ada, mengingat sekitar 70 persen penjualan merupakan tujuan ekspor.
Hingga kuartal III/2020, SMSM melaporkan penurunan penjualan bersih 17 persen secara tahunan menjadi Rp2,30 triliun pada kuartal III/2020. Dari situ, laba bersih yang dibukukan perseroan terkoreksi 13 persen menjadi Rp353 miliar per 30 September 2020.
Baca Juga
Kendati demikian, data Bloomberg menunjukkan estimasi pendapatan pada 2020 mencapai Rp3,581 triliun dengan EBITDA sebesar Rp919,83 miliar dan laba bersih berkisar Rp506,92 miliar.
Terpisah, emiten produsen dan distributor suku cadang kendaraan bermotor, PT Astra Otoparts Tbk. (AUTO), menerapkan sejumlah strategi untuk menghadapi tekanan kinerja akibat dampak pandemi Covid-19.
President Director Astra Otoparts Hamdhani Dzulkarnaen Salim mengungkapkan kinerja pada 2020 mengalami penurunan signifikan terutama dari roda empat, sementara pada kendaraan roda dua terjadi penurunan lebih dari 40 persen.
"Di tahun 2020 memang roda empat drop signifikan dan roda dua drop lebih dari 40 persen. Buat kami 2020 sangat berat terutama karena kuartal II/2020 dan kuartal III/2020 yang sempat ada di dasar," ujarnya kepada Bisnis.
Kendati demikian, pada 2021 ini, tren berdasarkan perkiraan dari asosiasi, akan membaik walaupun butuh waktu 3 hingga 4 tahun untuk kembali ke posisi 2019. Bagi emiten berkode AUTO ini, pihaknya tetap berfokus pada bisnis after market.
"Walaupun sedikit mengalami penurunan tetapi tidak separah original equipment manufacturer (OEM). Kami punya 3 pilar di bisnis aftermarket, domestik, export dan direct retail yang akan kami leverage di tahun-tahun ini," terangnya.
Dia juga belum berani memproyeksi pertumbuhan pendapatannya pada 2021 ini. Namun, yang jelas membutuhkan waktu beberapa tahun untuk kembali ke level 2019.
Berdasarkan laporan keuangan tidak diaudit periode kuartal III/2020, Astra Otoparts membukukan pendapatan Rp8,63 triliun per 30 September 2020. Posisi itu turun 25,78 persen dibandingkan dengan Rp11,62 triliun periode yang sama tahun lalu.
Pendapatan dari pihak ketiga lokal sebagai kontributor utama tercatat turun 15,93 persen secara tahunan pada kuartal III/2020. Jumlah yang dikantongi emiten bersandi AUTO itu menyusut dari Rp6,46 triliun menjadi Rp5,43 triliun per 30 September 2020.
AUTO membukukan rugi yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk Rp242,92 miliar pada kuartal III/2020. Realisasi itu berbanding terbalik dari laba Rp512,26 miliar periode kuartal III/2019.
Berdasarkan data Bloomberg, estimasi pendapatan tahun penuh 2020 AUTO sebesar Rp11,837 triliun dengan EBITDA sebesar Rp567,323 miliar dan rugi bersih sebesar Rp205,78 miliar.
Adapun pergerakan harga saham AUTO pada perdagangan Kamis (21/1/2021) terpantau tidak berubah dari posisi penutupan sebelumnya yakni di level Rp1.125 per saham. Sementara saham SMSM terpantau menguat 0,4 persen ke level Rp1.240 per saham hingga pukul 10.01 WIB.