Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Duh! Harga Emas Anjlok Lagi Tertekan Aksi Jual

Harga emas berjangka Comex untuk kontrak Februari 2021 terpantau melemah 25,70 poin atau 1,34 persen ke level US$1.887,90 per troy ounce pada pukul 21.16 WIB.
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk./Bloomberg
Aneka emas batangan beragam ukuran dan bentuk./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali turun di bawah level US$1.900 menyusul aksi jual teknis setelah pemulihan dolar AS menekan harga.

Berdasarkan data Bloomberg pada Jumat (8/1/2021), harga emas berjangka Comex untuk kontrak Februari 2021 terpantau melemah 25,70 poin atau 1,34 persen ke level US$1.887,90 per troy ounce pada pukul 21.16 WIB.

Adapun harga emas di pasar spot terpantau melemah 1,45 persen atau 27,71 poin ke level US$1.886,24 per troy ounce.

Sementara itu, indeks dolar AS yang melacak pergerakan greenback terhadap mata uang utama lainnya terpantau melemah 0,044 poin atau 0,05 persen ke level 89,782 pada pukul 21.20 WIB.

Harga emas menghapus keuntungan yang dibuat pada awal tahun ini karena saham berjangka naik setelah data menunjukkan perlambatan tajam dalam tenaga kerja AS, memperkuat spekulasi tentang stimulus lebih lanjut. Penurunan awal emas diperburuk setelah harga menembus rata-rata pergerakan 100 hari yang menjadi level teknis utama.

"Pergerakan lebih rendah kali ini didorong [oleh faktor] teknis, dipicu oleh dolar AS yang lebih kuat dan imbal hasil Treasury yang lebih tinggi,” kata analis ABN Amro Bank NV Georgette Boele, seperti dikutip Bloomberg.

Boele mengatakan logam mulia ini sekarang akan menguji level support di US$1.870 per ounce.

Emas telah berayun tajam pada awal tahun baru karena imbal hasil obligasi pemerintah yang lebih tinggi menekan harga sementara pandemi yang mengamuk, ketidakpastian atas laju pemulihan ekonomi global, dan ekspektasi kenaikan inflasi menjadi daya tarik bagi logam mulia.

Dua kemenangan Partai Demokrat dalam pemilihan Senat Georgia minggu ini memberi Presiden terpilih AS Joe Biden kendali penuh atas Kongres, sehingga membuka jalan baginya untuk mendorong lebih banyak stimulus dan pengeluaran yang lebih tinggi untuk rekonstruksi ekonomi.

Di sisi lain, AS membukukan penurunan data nonfarm payroll bulanan pertama sejak April, jauh di bawah perkiraan konsensus.

Departemen Tenaga Kerja AS mencatat nonfarm payrolls turun 140.000 dari bulan sebelumnya dan tingkat pengangguran tidak berubah di 6.7 persen.

Angka ini berbanding terbali dengan estimasi median dalam survei Bloomberg yang memperkirakan kenaikan nonfarm payrolls sebesar 50.000 dan tingkat pengangguran 6,8 persen. Penurunan pada bulan Desember ini sekaligus menandakan penurunan pertama sejak April 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper