Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan batu bara, PT Indika Energy Tbk., menargetkan alokasi belanja modal atau capital expenditure pada 2021 lebih tinggi daripada tahun ini.
Direktur Indika Energy Retina Rosabai mengatakan bahwa perseroan mengestimasikan capex senilai US$130 juta pada 2021.
“Capex tahun depan US$130 juta, tapi mengenai detail akan digunakan apa saja disampaikan berikutnya, setelah kami finalisasi budget kami secara keseluruhan pada 2021,” ujar Retina saat paparan publik secara daring, Kamis (17/12/2020).
Dia menjelaskan, nantinya capex itu berasal dari sumber pendanaan kombinasi antara kas internal perseroan dan pinjaman perbankan.
Adapun, pada tahun ini emiten berkode saham INDY mengalokasi capex sebesar US$100 juta. Untuk diketahui, jumlah tersebut telah direvisi oleh perseroan dari target alokasi pada awal tahun ini sebesar US$146 juta seiring dengan tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Retina menjelaskan bahwa kemungkinan besar realisasi capex tahun ini tidak akan terserap semuanya dan masih akan melihat perkembangan proyek perseroan yang masih berjalan.
Hingga kuartal III/2020, INDY telah menyerap capex sebesar US$66,4 juta, jauh lebih rendah dari realisasi capex pada periode yang sama tahun lalu sebesar US$138,3 juta.
Lebih rinci, alokasi capex terbesar digunakan oleh Interport, yaitu sebesar US$30,2 juta seiring dengan penyelesaian proyek terminal penyimpanan BBM di Kalimantan Timur. Proyek tersebut saat ini telah rampung dan mulai beroperasi sejak awal November 2020.
Di sisi lain, INDY memiliki initial budget untuk volume produksi batu bara pada 2021 sebesar 30 juta ton untuk PT Kideco Jaya Agung, dan sebesar 1,4 juta ton untuk PT Multi Tambangjaya Utama (MUTU).
Pada tahun ini, perseroan mengestimasi volume produksi batu bara untuk Kideco sebesar 33 juta ton dengan initial budget sebesar 29 juta ton. Sementara itu, volume produksi MUTU hingga akhir tahun ini diestimasikan mencapai 1,2-1,3 juta ton.
Adapun, pada sembilan bulan pertama tahun ini INDY telah memproduksi batu bara sebesar 23,9 juta ton melalui Kideco dan sebesar 1,1 juta ton dari produksi MUTU.
Kedua volume produksi itu kompak terkontraksi jika dibandingkan dengan volume produksi pada periode yang sama tahun lalu, yaitu Kideco turun 6,6 persen dan MUTU turun 7 persen.