Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan PT Indika Energy Tbk. terus memacu upaya diversifikasi portofolio bisnis di luar sektor batu bara. Perseroan menargetkan sektor non batu bara dapat berkontribusi hingga 50 persen terhadap pendapatan keseluruhan pada 2025.
Wakil Direktur Utama Indika Energy Azis Armand mengatakan bahwa perseroan tetap berkomitmen untuk bertransformasi menjadi perusahaan yang tidak hanya berfokus pada bisnis batu bara dan sektor terkait, kendati tahun ini dibayangi banyak tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Dia menjelaskan bahwa diversifikasi itu tidak hanya terbatas dilakukan perseroan secara holding tapi juga menjadi strategi usaha oleh entitas anak perusahaan, seperti PT Petrosea Tbk. (PTRO) yang juga didorong untuk aktif eksplorasi mengambil kontrak kerja konstruksi di luar sektor batu bara.
“Kami targetkan 50 persen pendapatan perseroan berasal dari kontribusi sektor non batu bara pada 5 tahun mendatang,” ujar Azis saat paparan publik secara daring, Kamis (17/12/2020).
Adapun, hingga kuartal III/2020 rincian pendapatan emiten berkode saham INDY itu mayoritas masih berasal dari sektor batu bara yaitu sebesar 76 persen, sedangkan sektor non batu bara baru berkontribusi sekitar 24 persen.
Lebih rinci, kontribusi sektor non batu bara itu berasal dari PTRO yang telah mengembangkan bisnis E&C dan entitas usaha lain, Tripatra yang mengembangkan bisnis EPC ke sektor downstream, petrokimia, dan pembangkit listrik.
Sementara itu, perseroan juga mempersiapkan sejumlah ekspansi bisnis lainnya seperti terminal penyimpanan BBM, tambang emas, energi terbarukan, dan teknologi.
Di bisnis penyimpanan BBM, INDY baru saja menyelesaikan proyek penyimpanan BBM di Kalimantan Timur yang eksklusif untuk Exxonmobil dan telah beroperasi pada awal November 2020. Proyek itu diproyeksi dapat menyumbang EBITDA sekitar US$15 juta.
Selain itu, untuk tambang emas perseroan saat ini telah memiliki 42,4 persen kepemilikan dan mempunyai opsi untuk meningkatkan kepemilikan menjadi 53,9 persen di proyek Awas.
Proyek itu ditargetkan mulai berproduksi pada 2022/23 dengan estimasi volume produksi mencapai 100.000-130.000 ons per tahun.
Sementara itu, INDY juga tengah menjejaki prospek energi terbarukan dan bisnis lainnya, seperti pembangkit listrik dengan tenaga surya, biomassa, dan energi lainnya.
“Kami masih eksplor bentuk kerja sama baik jadi developer, kerja sama dengan domestik atau internasional, jadi EPC manufakturing atau kerjasama potensial operator, dan lain-lain,” ujar Azis.
Adapun, saat ini perseroan telah memiliki proyek pengembangan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) di tambang milik Kideco.
Azin mengatakan, kendati kapasitas PLTS itu masih kecil, pengembangan itu dapat menjadi medium perseroan untuk belajar dan sebagai tahapan awal perseroan berkecimpung bisnis itu.
Kemudian, di sektor teknologi perseroan mengembangkan platform teknologi yang mengoptimalkan kinerja armada dan efisiensi produksi batu bara, bertajuk Minerva.
Di sisi lain, perseroan juga tengah mengkaji proyek gasifikasi batu bara, baik proyek Underground Coal Gasification (UCG) maupun kajian yang gasifikasi yang dilakukan bersama dengan PT Pertamina dan PT Adaro Energy Tbk. (ADRO).