Bisnis.com, JAKARTA - PT Adhi Karya (Persero) Tbk. dan PT Pembangunan Perumahan Tbk. (PTPP) semakin berpacu menjadi kontraktor pelat merah dengan perolehan kontrak baru tertinggi.
Harga saham dari kedua perusahaan tersebut pun terpantau turut berlomba-lomba untuk naik lebih tinggi.
Adhi Karya telah membukukan nilai kontrak baru (NKB) sebesar Rp16,8 triliun per 25 November 2020. Adapun, Rp8,7 triliun dari total NKB tersebut didapatkan oleh Adhi Karya dalam tempo dua hari berturut-turut.
Perolehan NKB milik emiten dengan kode saham ADHI tersebut mencerminkan realisasi 67,2 persen - 62,2 persen dari target kontrak baru pada 2020 senilai Rp25 triliun - Rp27 triliun.
Sementara itu, PT PP membukukan NKB senilai Rp17,42 triliun per 23 September 2020. Jumlah tersebut setara 70 persen dari target perolehan kontrak baru sepanjang 2020 senilai Rp25 triliun.
Seakan berlomba-lomba meraih nilai kontrak baru sebelum 2020 ditutup sebulan lagi, saham ADHI dan PTPP juga terpantau saling berpacu.
Baca Juga
Berdasarkan data Bloomberg, ADHI ditutup naik 4,67 persen menjadi Rp1.120 per saham pada akhir perdagangan Kamis (26/11/2020). Sejak enam bulan terakhir, ADHI melambung hingga 127,64 persen walaupun sejak awal tahun masih turun 4,68 persen.
Sementara itu, PTPP terapresiasi 3,12 persen menjadi Rp1.320 per saham.
Sejak enam bulan terakhir, PTPP melesat 106,25 persen dan sejak awal tahun turun 16,72 persen.
Analis Panin Sekuritas Ishlah Bimo Prakoso menyampaikan dalam riset terbaru yang dipublikasikan lewat Bloomberg, emiten sektor konstruksi memiliki potensi untuk menambah nilai kontrak baru yang lebih tinggi pada 2021.
“Didorong oleh proyek-proyek yang tertunda pada 2020 dijalankan pada 2021, pemerintah tetap memprioritaskan pembangunan infrastruktur untuk tahun depan, dan potensi pembangunan proyek infrastruktur yang lebih efisien didorong oleh implementasi Omnibus Law,” tulis Bimo, seperti dikutip pada Kamis (26/11/2020).
Namun, Bimo masih netral dengan saham-saham emiten konstruksi karena tantangan di depan masih ada.
Beberapa di antaranya adalah proyek berpotensi mengalami kendala dalam hal pembayaran oleh sejumlah pemilik proyek.
Selain itu, penerbitan utang baru masih menjadi pilihan emiten konstruksi untuk membiayai modal kerja yang tinggi sehingga akan mengangkat net gearing ratio.
Belum lagi porsi utang milik emiten kontraktor yang terbilang tinggi akan dapat menekan marjin laba.
Bimo merekomendasikan beli untuk ADHI dengan target harga Rp1.210 per saham dan PTPP dengan target harga Rp1.550 per saham.