Bisnis.com, JAKARTA — Emiten yang mampu mempertahankan kinerja, bahkan mencetak profit, di tengah periode pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi yang melanda Indonesia menjadi incaran investor asing. Harga sahamnya pun mampu berterbangan ratusan persen sepanjang periode berjalan 2020.
Berdasarkan data Bloomberg, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) parkir di level 5.335,53 pada penutupan perdagangan sesi Jumat (6/11/2020). Catatan itu menunjukkan pergerakan IHSG masih terkoreksi 15,3 persen secara year-to-date (ytd).
Bloomberg mencatat hanya 196 saham menguat dan sisanya 437 terkoreksi, sedangkan 79 stagnan. Dari daftar tersebut, sejumlah emiten masih mampu mencetak imbal hasil atau return positif.
Mayoritas jajaran top gainers IHSG periode berjalan 2020 diisi oleh saham dengan kapitalisasi pasar kecil dan menengah. Emiten dari sektor farmasi dan layanan kesehatan mendominasi seperti PT Pyridam Farma Tbk. (PYFA), PT Indofarma Tbk. (INAF), PT Metro Healthcare Indonesia Tbk. (CARE), PT Soho Global Health Tbk. (SOHO), dan PT Kimia Farma Tbk. (KAEF).
Analis PT Phillip Sekuritas Anugerah Zamzami mengatakan kebanyakan saham yang menguat signifikan secara ytd lebih didominasi oleh perusahaan berkapitalisasi kecil. Menurutnya, beberapa emiten didukung oleh aksi korporasi seperti merger dan akuisisi seperti PT Bank BRIsyariah Tbk. (BRIS) dan PT Bank Harda Internasional Tbk. (BBHI).
Selain merger dan akuisisi, lanjut dia, ada emiten yang terdongkrak oleh sentimen vaksin Covid-19 seperti KAEF dan INAF. Selanjutnya, ada saham yang diuntungkan kenaikan harga emas seiring sikap risk off pasar seperti PT Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA).
Anugerah menyorot terdapat penghuni top gainers ytd yang mampu mencetak pertumbuhan dengan baik di tengah wabah Covid-19 seperti PT Buana Lintas Lautan Tbk. (BULL) dan PT Wismilak Inti Makmur Tbk. (WIIM).
“Karena kebanyakan berkapitalisasi kacil dan historis volume perdagangan tidak terlalu besar sehingga perubahan harga beberapa saham ini sangat sensitif terhadap kenaikan volume perdagangan atau arus dana,” ujarnya kepada Bisnis, akhir pekan lalu.
Anugerah menyebut saham top gainers yang masih dipertimbangkan investor yakni BULL. Hal itu seiring dengan pertumbuhan yang baik seiring ekspansi perusahaan serta profitabilitas yang baik dengan margin yang bagus.
“Valuasi yang masih rendah dengan Price-to-Book Value (PBV) 0,8 kali. Saat ini, resistance terdekat [BULL] Rp340—Rp350,” jelasnya.
Sebelumnya, Direktur Utama Buana Lintas Lautan Wong Kevin mengatakan perseroan mampu menjaga kinerja pada kuartal III/2020, karena 80—90 persen dari pendapatan berasal dari kontrak. Selain itu, terdapat penambahan kapal.
“Sampai dengan akhir tahun, kami bisa menjaga kinerja juga didukung faktor musiman yang mana tarif sewa kapal tanker selalu tertinggi pada kuartal keempat atau rata-rata 114 persen lebih tinggi dari kuartal ketiga sejak 2016,” terangnya.
Senada, Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama menilai sejumlah emiten mendapatkan katalis positif dari merger dan akuisisi serta perkembangan vaksin. BRIS misalnya, terkerek oleh sentimen merger perbankan badan usaha milik negara (BUMN) syariah.
“KAEF mendapat katalis positif dari meningkatnya kebutuhan selama pandemi Covid-19,” tuturnya.
Saham Alternatif
Nafan mengatakan pergerakan IHSG akan menguat didorong oleh saham-saham blue chips apabila sudah terjadi aksi net buy investor asing. Sebaliknya, selama asing masih melakukan aksi jual, saham lapis kedua dan ketiga akan mendapatkan keuntungan.
“Saham-saham second maupun third liner merupakan alternatif yang diburu para trader untuk mendapatkan keuntungan di tengah-tengah berbagai ketidakpastian,” ujarnya.
Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo mengatakan saham-saham yang menguat juga didukung oleh data laporan keuangan kuartal III/2020. Beberapa perusahaan menurutnya mampu mencetak keuntungan yang sangat baik.
Dia mencontohkan WIIM yang mencetak laba empat kali lebih besar dari penutupan 2019 pada kuartal III/2020. BULL juga mencetak kenaikan laba yang signifikan secara tahunan.
“Sentimen ini sangat positif terutama pada tahun yang sulit ini. Perusahaan bukan hanya bisa bertahan tetapi juga bisa mencetak profit sehingga ini yang turut menjadikan harga saham-saham ini terus terdongkrak,” papar Frankie.
Dia menyebut capital gain menjadi fokus untuk investasi jangka pendek dan menengah. Dengan demikian, sentimen pasar perlu diperhitungkan saat ini menuju pengujung tahun seperti situasi pascapengesahan Undang-Undang (UU) Cipta Kerja serta hasil Pemilihan Presiden (Pilpres) AS.
Isu komoditas seperti nikel dan siklus batu bara yang sudah mencapai area terendahnya juga patut diperhitungkan. Oleh karena itu, Frankie menyebut sektor yang dapat diperhatikan investor yakni properti dan real estat serta mineral dan batu bara (minerba).
Untuk sektor properti, investor dapat mencermati saham BSDE dan BEST. Pasalnya, dua emiten itu memiliki land bank yang besar dan strategis serta valuasi saham yang sangat murah saat ini.
“Untuk minerba boleh diperhatikan ANTM, PTBA, ADRO, INCO, dan TINS,” imbuhnya.