Bisnis.com, JAKARTA – Lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa besok diperkirakan masih dapat mencapai Rp65 triliun di tengah ketidakpastian pasar.
Head of Research & Market Information Department Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) Roby Rushandie memperkirakan lelang SUN besok, Selasa (6/10/2020), tidak akan berbeda jauh dibanding lelang-lelang sebelumnya. Menurutnya, angka penawaran kemungkinan masih dapat mencapai Rp65 triliun.
"Kami perkirakan berada di kisaran Rp40 triliun hingga Rp65 triliun," katanya saat dihubungi pada Senin (5/10/2020).
Roby menjelaskan, pelaku pasar saat ini sedang dalam mode risk averse dan wait and see. Hal ini terutama dilakukan oleh para investor asing akibat risiko resesi ekonomi.
Selain itu, Roby memperkirakan seri obligasi tenor pendek dan menengah akan menjadi incaran investor. Ditengah ketidakpastian yang sedang tinggi, para investor akan cenderung memilih jenis ini karena risikonya yang minim dan likuditasnya yang terjaga.
Pemerintah berencana melakukan lelang Surat Utang Negara (SUN) pada Selasa (6/10/2020), untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2020.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR Kementerian Keuangan, pemerintah akan menawarkan tujuh seri yang terdiri dari SPN12210108 (reopening), SPN12211007 (reopening), FR0086 (reopening), FR0087 (reopening), FR0080 (reopening), FR0083 (reopening), dan FR0076 (reopening).
Adapun profil masing-masing seri yang akan dilelang sebagai berikut:
Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12210108 (Diskonto; 8 Januari 2021);
Surat Perbendaharaan Negara seri SPN12211007 (Diskonto; 7 Oktober 2021);
Obligasi Negara Seri FR0086 (5,50000%; 15 April 2026);
Obligasi Negara Seri FR0087 (6,50000%; 15 Februari 2031);
Obligasi Negara Seri FR0080 (7,50000%; 15 Juni 2035);
Obligasi Negara Seri FR0083 (7,50000%; 15 April 2040); dan
Obligasi Negara Seri FR0076 (7,37500%; 15 Mei 2048).
Target indikatif dari lelang SUN 21 September 2020 ditetapkan senilai Rp20 triliun dan target maksimal senilai Rp40 triliun.