Bisnis.com, JAKARTA - Rencana PT Sinar Mas Agro Resources Technology Tbk. (SMAR), menerbitkan emisi obligasi jumbo senilai Rp1,4 triliun belum mendorong harga sahamnya.
Pada perdagangan Senin (5/10/2020) pukul 13.55 WIB, saham SMAR turun 3,11 persen atau 90 poin menjadi Rp2.800. Sepanjang hari ini, saham SMAR bergerak di zona merah Rp2.800 - Rp2.820.
Kapitalisasi pasarnya mencapai Rp8,04 triliun. Secara historis, saham SMAR turun 32,37 persen sepanjang 2020, tetapi mampu naik 11,11 persen dalam 6 bulan terakhir.
Sebagai informasi, entititas Grup Sinar Mas, Sinar Mas Agro Resources Technology akan mengemisi obligasi dengan target dana yang dihimpun hingga Rp1,4 triliun.
Berdasarkan prospektus perseroan di laman resmi Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten berkode efek SMAR itu akan menerbitkan obligasi berkelanjutan II SMART Tahap II Tahun 2020 dengan jumlah pokok obligasi sebesar Rp1,4 triliun.
Surat utang itu terdiri atas tiga seri, yaitu seri A senilai Rp572 miliar dengan kupon sebesar 8 persen dan bertenor 370 hari kalender sejak tanggal emisi, kemudian seri B senilai Rp280 miliar dengan bunga 9,75 persen bertenor 3 tahun, dan seri C senilai Rp548 miliar dengan bunga 10,5 persen bertenor 5 tahun.
Baca Juga
Adapun, perseroan telah memperoleh hasil pemeringkat idA+ atau Single A plus dari PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) untuk penerbitan obligasi itu.
PT BCA Sekuritas, PT CIMB Niaga Sekuritas, PT Sinarmas Sekuritas, dan PT Sucor Sekuritas menjadi penjamin pelaksana emisi obligasi. Wali amanat dipegang oleh PT Bank Mega Tbk. (MEGA).
SMAR akan menggunakan dana hasil penawaran itu setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan digunakan untuk modal kerja dan pembayaran utang perseroan.
“Sekitar 42 persen untuk belanja modal, yaitu membiayai penyelesaian kapasitas pabrik biodiesel di Tarjun, Kalimantan Selatan, dan sekitar 29 persen untuk pembayaran angsuran pokok utang bank jangka panjang,” tulis manajemen Sinar Mas Agro Resources Technology dikutip, Senin (5/10/2020).
Lebih rinci, SMAR memiliki total pokok utang perbankan jangka panjang sebesar Rp3,45 triliun per 30 September 2020. Utang tersebut memiliki jatuh tempo pembayaran angsuran pada 25 November 2020, 23 Desember 2020, dan 25 Februari 2021.
Sementara itu, sisanya sekitar 29 persen dari hasil obligasi akan digunakan untuk kebutuhan modal kerja perseroan, antara lain pembayaran kepada pemasok untuk mendukung kegiatan usaha.