Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bursa Asia Diramal Bakal Volatil Sepanjang Oktober, Apa Sebabnya?

Perkembangan kasus infeksi baru virus corona yang meningkat secara global ditambah dengan sentimen dari pemilihan presiden di Amerika Serikat dipercaya bakal menjadi bahaya laten bagi pergerakan bursa Asia sepanjang bulan ini.
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg
Tokyo Stock Exchange./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Asia mengawali perdagangan perdana di bulan Oktober dengan lamban seiring dengan liburnya beberapa pasar di wilayah tersebut dan gangguan yang terjadi di pasar Jepang

Dilansir dari Bloomberg pada Kamis (1/10/2020), indeks S&P/ASX 200 Australia dibuka menguat 0,2 persen. Sementara indeks berjangka S&P 500 menguat 0,3 persen hingga pukul 08.01 waktu Tokyo, Jepang.

Di Jepang, masalah teknis menghambat transaksi perdagangan bursa hingga saat ini. Sementara itu, bursa China, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan ditutup karena libur.

Penguatan indeks S&P sedikit mereda setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengatakan belum ada kesepakatan mengenai bantuan stimulus untuk pandemi. Namun pembicaraan akan terus berlanjut.

Mnuchin mengatakan, pembicaraan bersama dengan Ketua DPR AS dari Partai Demokrat, nancy Pelosi, berjalan baik dan akan terus dilakukan. Meski demikian, Ketua DPR AS dari Partai Republikan, Mitch McConnell pesimistis dapat mencapai kesepakatan karena perbedaan dalam jumlah anggaran yang akan dikucurkan.

Perhatian investor juga tertuju pada perkembangan virus corona dimana negara bagian. New Jersey melaporkan lonjakan kasus positif hari ini. Ajang olahraga di AS juga tak luput dari infeksi setelah sembilan anggota tim NFL Tennessee Titans dikonfirmasi terinfeksi virus corona.

Sementara itu, di Belanda, pemerintah mengimbau masyarakat untuk memakai masker di tengah pembatasan kegiatan yang kian ketat. Di Republik Ceko, pemerintah memberlakukan keadaan darurat nasional selama 30 hari guna menekan penyebaran virus tersebut.

"Bulan Oktober akan penuh dengan volatilitas karena pemilihan presiden di AS. Nilai dolar AS akan mengalami koreksi dan volatilitas ini akan berperan untuk mengerek naik nilai tukar, tetapi hal ini hanya bersifat sementara," jelas Mariann Montagne, Portfolio Manager Gradient 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper