Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Saham Volatil, Bahana TCW Pakai Strategi Defensif

Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan saat ini pihaknya lebih memilih untuk memakai strategi defensif dalam mengatur portofolio saham yang dikelolanya.
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI REKSA DANA. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — PT Bahana TCW Investment Management bertumpu pada strategi defensif dalam mengelola portofolio saham mengingat masih volatilitas pasar saham yang masih tinggi.

Direktur Riset dan Kepala Investasi Alternatif Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo mengatakan saat ini pihaknya lebih memilih untuk memakai strategi defensif dalam mengatur portofolio saham yang dikelolanya.

Pasalnya, dia menyebut di tengah kondisi ini manajer investasi tak memiliki banyak opsi untuk memilih aset dasar berbasis saham karena mayoritas emiten terdampak oleh pandemi.

“Di bursa itu ada 560 nama, cuma yang benar-benar bisa kita prospek, kita investasi itu hanya segelintir aja. Mungkin hanya sekitar 40-an, itu juga sudah maksimal sekali,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (9/9/2020)

Menurutnya, kinerja para emiten yang terdampak juga menyulitkan indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk bangkit dengan stabil. Walhasil, hingga saat ini IHSG masih sangat volatil.

Selain karena lesunya kinerja emiten, dia menilai IHSG saat ini masih rapuh karena belum ada katalis kuat yang mampu benar-benar mendorong indeks untuk bangkit.

“Jadi ya saya lihat bursa saham masih akan naik-turun, naik turun terus sampai ada suatu katalis yang strong,” imbuh dia.

Soni menyebut kondisi krisis saat ini berbeda dengan krisis-krisis sebelumnya yang bisa pulih dengan grafik V-shape karena karakteristik pandemi yang belum pernah dialami, apalagi saat ini Covid-19 belum benar-benar terkendali.

“Kami di Bahana memperkirakan ini akan panjang, jadi mungkin L shape atau U shape, itu butuh waktu lama. Mungkin nanti masuk 2021 baru akan liat setelah vaksin ada, mungkin ekonomi baru bisa bangkit,” tuturnya.

Adapun, dia memilih sektor barang konsumsi sehari-hari (consumer staple), telekomunikasi, dan perbankan, sebagai sektor-sektor yang paling mampu bertahan di tengah kondisi pagebluk ini.

Consumer staple, karena akan dibutuhkan terus oleh masyarakat ya, produk-produk sehari-hari dan makanan. Telekomunikasi itu jelas karena menjadi kebutuhan utama saat ini. Kemudian perbankan karena ekonomi Indonesia itu masih sangat tergantung sama perbankan,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper