Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak diprediksi melanjutkan koreksinya pada awal pekan depan meskipun masih bertahan di atas US$40 per barel.
Pada penutupan perdagangan Jumat (14/8), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 0,5 persen atau 0,23 poin US$42,01 per barel, tapi naik 1,9 persen selama sepekan.
PT Valbury Asia Futures dalam publikasi risetnya menyampaikan harga minyak turun setelah adanya ketidakpastian seputar kesepakatan perdagangan AS-China dan kekhawatiran pandemi yang muncul kembali.
"Dua sentimen itu membatasi reli harga minyak," paparnya dalam publikasi riset, Minggu (16/8/2020).
Secara teknikal, sambung Valbury, harga minyak WTI diprediksi bergerak di rentang resistance US$43,10, dan support US$41,10 pada perdagangan Senin (17/8/2020).
Valbury pun memberikan rekomendasi investor untuk melakukan posisi jual di US$42,40 dan stop loss US$42,9, dengan target harga US$41,6 dan US$40,9.
Baca Juga
Sementara itu, Monex Investindo Futures menyebutkan harga minyak bergerak turun pada hari Jumat (14/8) karena keraguan pasar terhadap pemulihan permintaan di tengah situasi pandemi Covid-19 dan meningkatnya suplai.
Dua lembaga terkemuka, yaitu International Energy Agency (IEA) dan Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), memangkas perkiraan mereka untuk permintaan minyak untuk tahun 2020. OPEC dan sekutunya juga meningkatkan produksinya di bulan ini.
Harga minyak sendiri sempat menguat di pekan ini karena ditopang oleh perilisan data pemerintah AS yang menunjukkan cadangan minyak mentah, bensin dan minyak olahan yang semuanya turun pekan lalu karena kilang-kilang meningkatkan produksi dan permintaan untuk produk minyak meningkat.
Harga minyak telah pulih dari level terendahnya yang dicapai di bulan April, ketika harga minyak WTI sempat menjadi negatif. Namun, kenaikan jumlah kasus infeksi virus korona telah membatasi kenaikan harga minyak.
OPEC dan para sekutunya yang termasuk Rusia, yang tergabung dalam kelompok OPEC+, telah mengurangi produksi sejak bulan Mei untuk sekitar 10 persen dari permintaan global sebelum pandemi untuk mendukung pasar.
"Namun, kesepakatan tersebut diubah dengan adanya kenaikan produksi di bulan ini karena pulihnya permintaan," papar Monex.
Para perwakilan OPEC+ akan bertemu pada hari Rabu untuk mengkaji ulang pasar dan diperkirakan tidak akan mengubah perjanjian.