Bisnis.com,JAKARTA — Tiga hari sebelum rilis pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020, indeks harga saham gabungan (IHSG) morat-marit. Sempat tenggelam di bawal level 5.000 dan mencetak net sell terbesar sejak Juli 2020, indeks menjadi bulan-bulanan investor yang melakukan aksi jual.
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG parkir di zona merah dengan koreksi 2,78 persen ke level 5.006,223 akhir sesi Senin (3/8/2020). Sebanyak 401 saham harus terkoreksi dan hanya 54 saham mampu menguat.
IHSG mengalami tekanan sejak pembukaan perdagangan dan sempat meninggalkan level 5.000 dengan menyentuh support 4.928,48. Tekanan aksi jual investor asing terjadi sejak awal sesi dan menyentuh Rp949,98 miliar akhir paruh pertama perdagangan.
Bursa Efek Indonesia mencatat total nilai net sell Rp1,47 triliun hingga penutupan perdagangan Senin (3/8/2020). Nilai itu menjadi yang terbesar sepanjang periode perdagangan berjalan semester II/2020.
Adapun, investor asing mencetak net sell Rp21,01 triliun di seluruh papan perdagangan sepanjang periode berjalan 2020. Total kapitalisasi pasar yang dimiliki IHSG senilai Rp5.820,647 triliun per akhir sesi Senin (3/8/2020).
Catatan kinerja IHSG pada sesi perdagangan perdana Agustus 2020 hanya berada satu peringkat dari bursa saham Filipina dengan koreksi 3,58 persen yang menempati urutan paling bawah di regional Asia Pasifik. Bursa saham Vietnam menjadi satu-satunya yang menghijau di Asean pada perdagangan Senin (3/8/2020).
Baca Juga
Direktur Perdagangan dan Penilaian Anggota Bursa PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Laksono Widodo mengungkapkan ada 79 saham yang terkena auto reject bawah (ARB) hingga akhir sesi pertama Senin (3/8/2020). Tekanan pasar menurut otoritas bursa disebabkan oleh risiko resesi.
“Concern mengenai potensi [risiko] resesi di negara Asean termasuk di Indonesia,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (3/8/2020).
Di lain pihak, Head of Research Reliance Sekuritas Indonesia Lanjar Nafi mengatakan perkiraan resesi global membuat kekhawatiran investor meningkat. Saham-saham sektor aneka industri menjadi penekan utama IHSG dengan koreksi 4,54 persen. Dia menambahkan, laporan keuangan yang berada di bawah ekspektasi dan PMI Manufaktur Indonesia yang belum memasuki area ekspansi menjadi faktor utama.
“Kinerja sektor manufaktur dalam negeri yang belum pulih karena dari segi indeks PMI Manufaktur masih berada dibawah 50 yang artinya belum memasuki fase ekspansi,” jelasnya.
Di sisi lain, Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan proyeksi perlambatan ekonomi Indonesia memantik nilai net sell investor asing pada sesi Senin (3/8/2020). Kondisi itu juga telah membuat nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) menguat ke level Rp14.700.
“Peningkatan kasus Covid-19 yang terus terjadi juga menyebabkan investor menjadi khawatir akan terjadinya PSBB Jilid II. Jika itu sampai terjadi maka kegiatan ekonomi akan kembali terhenti dan laba perusahaan tentunya akan kembali terpukul,” paparnya.
Frankie menambahkan reaksi pasar terhadap rilis produk domestik bruto (PDB) kuartal II/2020 tengah pekan ini akan memberikan gambaran seberapa lama tekanan jual investor asing terhadap pasar modal dalam negeri akan berlangsung. Kemungkinan rebound pasar terbuka apabila data tidak seburuk yang diperkirakan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel