Bisnis.com, JAKARTA - Emiten BUMN penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) membukukan penurunan kinerja pada semester I/2020.
Dalam laporan keuangan per 30 Juni 2020, manajemen Garuda Indonesia menyampaikan total pendapatan usaha perseroan sebesar US$917,28 juta. Nilai itu anjlok 58,18 persen year on year (yoy) dari sebelumnya US$2,19 miliar.
Kurs jisdor pada 30 Juni 2020 dipatok di level Rp14.302 per dolar AS. Artinya, Garuda Indonesia membukukan pendapatan Rp13,12 triliun.
Beban usaha perseroan berkurang menjadi US$1,64 miliar per Juni 2020 dibandingkan sebelumnya US$2,11 miliar. Namun, Garuda membukukan rugi usaha US$707,22 juta, berbalik dari laba usaha senilai US$81,98 juta.
Garuda Indonesia membukukan rugi yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk US$712,73 juta, atau setara dengan Rp10,19 triliun. Nilai itu berbalik dari laba bersih US$24,11 juta per Juni 2019.
Perusahaan menyalurkan kas bersih untuk investasi sebesar US$48,86 juta dari sebelumnya US$70,31 juta. Kas dan setara kas akhir periode senilai US$165,41 juta, berkurang dari US$321,73 juta.
Baca Juga
Sayangnya, liabilitas Garuda Indonesia membengkak menjadi US$10,37 miliar dari US$3,73 miliar pada akhir 2019. Liabilitas jangka pendek US$4,4 miliar per Juni 2020, naik dari sebelumnya US$3,26 miliar.
Ekuitas perseroan pun negatif US$80,77 juta, dibandingkan ekuitas positif US$720 juta pada akhir 2019. Total aset Garuda Indonesia senilai US$10,28 miliar, naik dari sebelumnya US$4,45 miliar.