Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Schroders Indonesia Jagokan Saham Sektor Konsumer dan Telekomunikasi

Schroders Indonesia menjagokan saham-saham dari sektor konsumer dan telekomunikasi karena diperkirakan mampu mempertahankan pendapatan di tengah perlambatan ekonomi..
Pengunjung melintas di dekat papan layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (22/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Pengunjung melintas di dekat papan layar elektronik yang menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (22/6/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Schroders Indonesia menjagokan saham-saham dari sektor konsumer dan telekomunikasi untuk semester II/2020. Pasalnya, emiten konsumer dan telekomunikasi diperkirakan mampu mempertahankan pendapatan di tengah perlambatan ekonomi saat ini.

Irwanti, Direktur Investasi Schroders Indonesia, menjelaskan bahwa pihaknya menerapkan strategi berimbang dalam memilih saham untuk dijadikan aset dasar produk reksa dana. Balanced strategy itu dilakukan dengan berinvestasi ke saham defensif maupun siklikal.

Untuk sektor defensif, dipilih nama-nama perusahaan yang memiliki fundamental dan likuiditas yang baik dengan valuasi saham yang menarik.

“Namun demikian, kami juga melirik saham-saham yang diuntungkan oleh pemulihan ekonomi karena memiliki fundamental dan entry point yang baik,” jelas Irwanti kepada Bisnis, Kamis (23/7/2020).

Irwanti memperkirakan kondisi pasar saham domestik pada paruh kedua tahun ini akan tetap kondusif. Sentimen positif tampak akan datang dari kemajuan penemuan vaksin Covid-19 dan pembukaan kembali ekonomi negara-negara di dunia.

Hal itu secara langsung juga dapat meningkatkan minat investor asing untuk mengambil risiko yang lebih besar di pasar negara berkembang (emerging markets) termasuk Indonesia.

Adapun hingga 23 Juli 2020, investor asing mencatatkan aksi jual bersih atau net sell senilai Rp17,63 triliun.

Di sisi lain, kekhawatiran mengenai penyebaran Covid-19 gelombang kedua dan meningkatnya ketegangan antara AS dan China disebut Irwanti bisa menjadi noise di pasar.

“Saat ini valuasi pasar saham Indonesia secara relatif masih lebih murah dibandingkan negara lain dan kebijakan pemerintah yang dovish juga memberikan dukungan bagi pasar,” kata Irwanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Rivki Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper