Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah diprediksi bergerak di area konsolidasi seiring dengan menanti hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang akan diselenggarakan pekan depan.
Pada penutupan perdagangan Jumat (10/7/2020), rupiah parkir di level Rp14.435 per dolar AS, terkoreksi 0,27 persen atau 40 poin. Kinerja itu menjadikan rupiah sebagai mata uang terlemah ke dua di antara mata uang Asia lainnya, tepat di bawah rupee yang melemah 0,29 persen.
Sepanjang pekan kemarin, rupiah berhasil menguat 0,61 persen. Kendati demikian, sepanjang tahun berjalan 2020 rupiah masih menunjukkan pelemahan hingga 3,94 persen.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan bahwa fokus pasar pada pekan depan akan tertuju pada hasil RDG BI pada 15-16 Juli 2020 yang kemungkinan akan kembali memangkas suku bunga acuan 25 basis poin.
Dia menjelaskan bahwa Bank Indonesia memiliki ruang untuk kembali memangkas suku bunga sejalan dengan data ekonomi dalam negeri yang belum menunjukkan adanya pemulihan.
Data-data tersebut antara lain, data survei konsumen yang masih menurun, inflasi yang melemah, current account deficit yang belum sesuai dengan target BI, hingga data penjualan otomotif yang juga masih rendah.
Baca Juga
Dengan demikian, berbagai data ekonomi itu menjadi alasan yang rasional bagi BI untuk memangkas suku bunga, dan bulan ini menjadi momentum yang tepat untuk penurunan suku bunga acuan.
“Rupiah cenderung di area konsolidasi karena ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan itu membatasi penguatan rupiah pada pekan ini,” ujar Josua saat dihubungi Bisnis.
Dia memperkirakan rupiah berada di kisaran Rp14.100 hingga Rp14.550 per dolar AS pada pekan ini seiring dengan antisipasi respons pasar terhadap potensi pemangkasan suku bunga acuan.
Namun jikapun melemah, nilai tukar rupiah masih akan dibantu menguatnya minat investasi aset berisiko yang tercermin dari penutupan pasar AS pada akhir pekan kemarin.
Sementara itu, Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa selain memperhatikan hasil RDG BI, pasar keuangan masih akan terjadi tarik-menarik antara sentimen positif dan negatif.
Rupiah akan didukung katalis positif yang berasal dari potensi pemulihan ekonomi dan kemajuan penelitian vaksin. Di sisi lain, rupiah juga dibayangi katalis negatif dari kenaikan jumlah kasus positif Covid-19 di dunia, sehingga memicu kembali potensi lockdown di beberapa negara.
“Rupiah mungkin masih berada di kisaran Rp14.300-Rp14.550 per dolar AS pada pekan ini seiring dengan tarik menarik sentimen tersebut,” ujar Ariston.