Bisnis.com, JAKARTA - Pasar ekspor batu bara ke Eropa semakin tertutup karena Benua Biru tersebut akan beralih ke sumber energi yang lebih ramah lingkungan.
Rencana Eropa untuk mengurangi ketergantungannya terhadap batu bara dan beralih ke energi yang lebih ramah lingkungan tampak semakin serius.
Belum lama ini, Majelis Parlemen Jerman resmi menandatangani kesepakatan untuk menghentikan penggunaan pembangkit listrik dari energi fosil batu bara.
Adapun, rencana tersebut adalah bagian dari kebijakan Energiewende Jerman, yaitu upaya negara Eropa Barat itu untuk mengurangi ketergantungan pada pembangkit listrik tenaga panas dan menghasilkan semua kekuatan bangsa dari sumber daya energi terbarukan.
Dalam kesepakatan yang ditandatangani pada 3 Juli 2020 itu, Jerman menargetkan akan menutup seluruh unit pembangkit listrik dari tenaga batu bara yang totalnya mencapai 84 unit pada 2038.
Tidak hanya mengakhir penggunaan batu bara, Jerman juga akan menargetkan untuk menghentikan penggunaan tenaga nuklir secara keseluruhan pada 2022.
Jerman akan segera menutup 8 dari 17 reaktornya setelah Bencana Fukushima pada 2011, bagian dari gelombang penutupan nuklir di beberapa negara.
Menteri Lingkungan Jerman Svenja Schulze mengatakan bahwa setidaknya delapan pembangkit listrik tenaga batu bara di Jerman dijadwalkan untuk ditutup pada tahun ini.
“Dengan demikian, Jerman adalah negara industri pertama yang meninggalkan energi nuklir dan batu bara,” ujar Schulze seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (6/7/2020).
Pembakaran batu bara di Jerman dalam beberapa tahun terakhir sudah menurun. Pada 2019, pembakaran batu bara menyumbang 150,9 TWh dengan total pangsa pasar sebesar 29 persen dari keseluruhan pasar, atau turun dari kontribusi 38 persen pada 2018.
Negara Eropa lainnya, Polandia, yang saat ini mengandalkan batu bara lebih dari 70 persen pembangkit listriknya, juga tengah meningkatkan upayanya untuk mengganti bahan bakar batu bara dengan energi terbarukan.
Direktur Konsultan Energi K2 Management Regional Eropa, Timur Tengah, dan Afrika Gary Bills mengatakan bahwa di antara pasar Eropa lainnya, Polandia terlihat lebih gencar menerapkan energi terbarukannya.
“Hal itu tercermin ada banyak minat dari perusahaan energi terbarukan terhadap pasar Polandia saat ini,” ujar Bills dikutip dari Bloomberg, Senin (6/7/2020).
Menurut International Energy Association, Polandia akan meningkatkan kapasitas daya terbarukan sebesar 65 persen pada 2019 hingga 2024, sebagian besar dari ladang angin dara. Turbin angin lepas pantai pertama di negara itu, di Laut Baltik, diperkirakan akan mulai menghasilkan tenaga pada 2025.
Adapun, langkah Jerman dan Polandia itu termasuk untuk memenuhi komitmennya terhadap Perjanjian Paris hasil dari Konferensi Perubahan Iklim PBB 2015 lalu di Paris.
Perjanjian tersebut membidik pengurangan emisi karbon dioksida efektif berlaku sejak 2020. Adapun tujuan dari perjanjian ini, salah satunya, mengerem laju peningkatan temperatur global hingga di bawah 2 derajat celsius dari angka sebelum masa Revolusi Industri.