Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebut terdapat peningkatan signifikan jumlah investor ritel pada kuartal II/2020 yang melakukan transaksi di pasar modal.
Direktur Bursa Efek Indonesia Laksono W. Widodo mengatakan bahwa di tengah sentimen pandemi Covid-19 terjadi fenomena peningkatan aktivitas transaksi investor ritel dalam tiga bulan terakhir dan bahkan berhasil mengalahkan transaksi dari investor nonritel dalam beberapa perdagangan.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), terjadi kenaikan rata-rata jumlah SID atau single investor identification harian pada Juni 2020 sebesar 84 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi nilai transaksi, terjadi kenaikan rata-rata nilai transaksi harian pada Juni sebesar 25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Sepanjang bulan itu pun, transaksi diramaikan oleh investor ritel. Nilai transaksi tertinggi terjadi pada 8 Juni 2020 dengan nilai transaksi investor ritel mencapai Rp7,19 triliun, sedangkan investor nonritel hanya mencapai Rp4,33 triliun.
“Untuk pertama kali dalam sejarah dalam transaksi bulan Juni dalam rupiah nilai transaksi investor ritel melebihi angka investor nonritel. Ini fenomena luar biasa yang terjadi pada 2020,” ujar Laksono saat diskusi online, Jumat (26/6/2020).
Selain kenaikan nilai transaksi, rata-rata frekuensi harian pada Juni pun naik 60 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Lagi-lagi, rata-rata frekuensi harian tertinggi terjadi pada 8 Juni 2020 dengan total frekuensi hari itu mencapai 742.000 ribu kali, sedangkan investor non-ritel hanya mencapai 184.000 kali.
Pada perdagangan itu pun, total volume transaksi harian untuk investor ritel mencapai rekor 10,53 miliar saham dibandingkan dengan volume transaksi harian investor non ritel yang hanya mencapai 3,31 miliar saham.
Laksono menyebutkan, puncak terjadinya kenaikan transaksi investor ritel pada perdagangan 8 Juni 2020 didukung oleh statement Presiden Joko Widodo terkait pembukaan kembali ekonomi.
Pada hari sebelumnya, Presiden Joko Widodo menuturkan bahwa pembatasan sosial berskala besar telah dilonggarkan seiring dengan kebutuhan makro ekonomi sehingga meningkatkan ekspektasi pemulihan ekonomi yang tertekan akibat pandemi Covid-19.
Hal itu berhasil membangkitkan antusiasme dari para investor ritel untuk melakukan transaksi di pasar modal.
Selain itu, Laksono juga memperkirakan bahwa fenomena itu didukung oleh meningkatnya disposible income dengan diterapkannya work from home.
“Ada peningkatan disposible income dari masyarakat karena tidak ada pengeluaran untuk berlibur, jadi mulai masuk ke pasar. Apalagi ada valuasi pasar yang menarik saat itu yang juga mendorong minatnya,” jelas Laksono.
Adapun, sepanjang Juni, IHSG berhasil menunjukkan kinerja penguatan dengan naik 3,98 persen. Kinerja yang baik itu tercermin, pada pertengahan Juni IHSG sempat berhasil kembali ke level 5.139, level tertinggi IHSG sejak Maret.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) menutup pekan terakhir Juni 2020, Jumat (26/6/2020), parkir di level 4.904,09, menguat tipis 0,15 persen atau 7,36 poin daripada penutupan perdagangan sebelumnya.