Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penawaran Lelang SUN Capai Rp105 Triliun, Ditopang Penguatan Rupiah

Berdasarkan laman resmi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Selasa (2/6/2020) pada lelang kali ini angka penawaran yang masuk mencapai Rp105,27 triliun, jauh di atas angka penawaran yang masuk pada lelang tanggal 12 Maret 2020 lalu yang sebesar Rp73,74 triliun.
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A
Direktur Surat Utang Negara (SUN) pada Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Resiko Kemenkeu Loto S. Ginting memperlihatkan informasi tentang Savings Bond Ritel (SBR) seri SBR005 ketika peluncuran di Jakarta, Kamis (10/1/2019)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, JAKARTA — Hasil lelang surat utang negara (SUN) hari ini, Selasa (2/6/2020) melampaui ekspektasi berbagai pihak. Bahkan, disebut menjadi salah satu yang terbaik sepanjang tahun.

Berdasarkan laman resmi Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan pada Selasa (2/6/2020) pada lelang kali ini angka penawaran yang masuk mencapai Rp105,27 triliun, jauh di atas angka penawaran yang masuk pada lelang tanggal 12 Maret 2020 lalu yang sebesar Rp73,74 triliun.

Sementara itu, seperti lelang sebelumnya, seri yang paling banyak diminati pada lelang kali ini adalah seri FR0082 yang memiliki tenor 10 tahun, dengan yield atau imbal hasil tertinggi yang masuk 8,00 persen.

Adapun jumlah yang dimenangkan pemerintah dari tujuh seri yang ditawarkan kali ini adalah Rp24,35 triliun. Angka tersebut melampaui target indikatif yang dipatok pemerintah yakni Rp20 triliun dengan target maksimal Rp40 triliun.

Ekonom PT Pemeringkat Efek Indonesia Fikri C. Permana mengatakan derasnya angka penawaran yang masuk pada lelang SUN kali ini ditopang oleh stabilnya rupiah belakangan ini serta tingkat credit default swap (CDS) Indonesia yang menjauhi angka 200.

Selain itu, stimulus fiskal—termasuk stimulus terkait pasar surat utang—yang dilancarkan berbagai negara dunia, khususnya AS, Uni Eropa, dan Jepang serta easing monetary policy yang dianut hampir semua bank sentral global juga turut membuat SUN makin diminati.

Fikri menilai tingginya penawaran yang masuk menandakan minat investor domestik dan global terhadap SUN telah pulih. Bahkan dia menilai penawaran ini mungkin menjadi salah satu yang terbaik di sepanjang tahun.

“Hal ini sangat menggembirakan karena memperlihatkan likuiditas yang semakin baik di pasar SUN,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (2/6/2020).

Di saat yang sama, dia melihat adanya kemungkinan investor melakukan perilaku oportunis di saat yield masih cukup tinggi seperti saat ini karena ke depannya yield diproyeksikan akan makin tertekan.

Hal ini terjadi seiring dengan stimulus fiskal dan kebijakan moneter longgar yang dipilih oleh pemerintah dan Bank Indonesia.

Sementara itu, penyerapan pemerintah cenderung belum maksimal karena pertimbangan risk sharing dan arus kas masa depan APBN, sehingga pemerintah menjaga nilai penyerapannya meski penawaran tinggi.

“Mungkin penyerapannya akan lebih baik saat yield berada di nilai yang optimal atau lebih rendah,” kata Fikri.

Terpisah, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia Ramdhan Ario Maruto mengatakan geliat investor terhadap surat utang negara telah terlihat sejak awal kuartal II/2020. Ditambah, rupiah terus stabil bahkan cenderung terus menguat.

Dia menyebut saat ini para investor mulai kembali beralih ke instrumen yang lebih tahan banting dan SUN menjadi salah satu opsi yang jadi pilihan, baik untuk investor domestik maupun investor asing.

“Selepas lebaran kondisi pasar lebih baik, jadi menjelang lelang pasar sudah terbentuk dan seri 10 tahun ini seri benchmark, paling laris. Saya yakin di seri 10 tahun ini banyak asing yang masuk,” tuturnya.

Ramdhan menilai penawaran tinggi pada lelang kali ini juga menandai momentum mulai kembalinya investor asing ke pasar obligasi Indonesia. Menurutnya, meski yield telah turun cukup signifikan, tapi dibandingkan dengan obligasi negara lain yield SUN masih jauh lebih kompetitif.

“Kemarin karena pandemi kan kepemilikan asing turun dari yang tadinya 38—40 persen. Suatu saat mereka akan masuk kembali dan sekarang momentum mereka mulai masuk lagi,” tambah dia.

Ramdhan memproyeksikan dalam sebulan mendatang yield bakal mampu terus ditekan hingga level 7 persen meski dibayangi beberapa sentimen negatif seperti masih bertambahnya jumlah kasus Covid-19 di dalam negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper