Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Medco Energi (MEDC) Akan Right Issue 7,5 Miliar Saham, Estimasi Raihan Dana Rp3,4 Triliun

Penambahan modal tersebut dilakukan dengan melepas saham dalam jumlah sebanyak-banyaknya 7,5 miliar saham dengan nilai nominal Rp25 per saham (PUT III).
Penampakan proyek pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. Istimewa - Dok. SKK Migas
Penampakan proyek pengembangan Lapangan gas Buntal-5 oleh Medco E&P Natuna Ltd. Istimewa - Dok. SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Emiten minyak dan gas PT Medco Energi International Tbk. berencana untuk menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 7,5 miliar saham melalui hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD) atau right issue.

Dalam keterbukaan informasi perseroan di laman resmi Bursa Efek Indonesia, emiten berkode saham MEDC itu berencana untuk melakukan penambahan modal dengan memberikan HMETD melalui Penawaran Umum Terbatas kepada para pemegang saham perseroan saat ini.

Penambahan modal tersebut dilakukan dengan melepas saham dalam jumlah sebanyak-banyaknya 7,5 miliar saham dengan nilai nominal Rp25 per saham (PUT III).

Perseroan berencana untuk melaksanakan penambahan modal dalam periode 12 (dua belas) bulan setelah tanggal persetujuan rapat umum pemegang saham (RUPS) sehubungan dengan PUT III sampai dengan efektifnya pernyataan pendaftaran. Sebagai informasi, MEDC berencana akan menggelar RUPST pada 25 Juni mendatang.

Setiap pemegang saham yang tidak melaksanakan haknya untuk memesan saham baru dalam HMETD nantinya akan terdilusi sebesar maksimum 29,5 persen.

Per 6 Mei 2020, komposisi pemegang saham MEDC terdiri atas PT Medco Daya Abadi Lestari sebesar 50 persen, Diamond Bridge Pte. Ltd. 21,38 persen, PT Medco Duta 0,19 persen, PT Multifabrindo Gemilang 0,04 persen, dan publik 27,87 persen. Adapun, perseroan memiliki saham tresuri sebesar 0,52 persen.

Sementara itu, perseroan menjelaskan bahwa seluruh dana segar yang akan diperoleh dari aksi korporasi ini setelah dikurangi biaya pengeluaran lainnya akan digunakan sebagai modal kerja perseroan dan atau anak usahanya.

“Perseroan yakin bahwa dalam ketidakpastian lingkungan makro saat ini, rencana penambahan dalam modal Perseroan melalui HMTED merupakan suatu langkah yang bijaksana untuk mendukung posisi keuangan Perseroan,” tulis manajemen Medco Energi International seperti dikutip dari keterbukaan informasi, Rabu (20/5/2020).

Adapun, pada penutupan perdagangan Rabu (20/5/2020) saham MEDC parkir di level Rp460, terkoreksi 4,56 persen atau 22 poin. Apabila rights issue dilaksanakan dengan asumsi harga tersebut, maka emiten tambang migas itu berpotensi menggalang dana sebesar Rp3,45 triliun.

Di sisi lain, pada medio Maret tahun ini, perseroan telah memangkas belanja modal tahun ini yang semula sebesar US$340 juta menjadi hanya sebesar US$240 juta karena prospek pelemahan permintaan minyak dalam beberapa kuartal ke depan.

Untuk diketahui, sepanjang tahun berjalan 2020 harga minyak mentah dunia jenis WTI kontrak Juli 2020 telah terkoreksi hingga 47,88 persen dan parkir di level US$32,14 per barel. Bahkan, harga minyak untuk kontrak Mei 2020 harga ditutup di wilayah negatif.

Adapun, dari belanja modal yang baru itu sebesar US$180 juta dialokasikan untuk segmen minyak dan gas, sedangkan US$60 juta untuk segmen listrik. Lebih lanjut, dari total belanja modal di segmen minyak dan gas, sebanyak US$117 juta untuk proyek PSC, US$21 juta untuk proyek non-PSC, dan US$42 juta untuk biaya eksplorasi.

MEDC juga memangkas target produksi yang semula sebesar 110 ribu barel oil equivalent per day (boepd), menjadi di kisaran 100-105 ribu boepd, yang terdiri atas produksi minyak di kisaran 33-38 ribu boepd dan produksi gas di kisaran 67 ribu boepd.

Dalam kesempatan yang berbeda, Presiden Direktur Medco Energi Internasional Hilmi Panigoro, sebelumnya sempat mengatakan bahwa setiap penurunan harga minyak sebanyak US$1 per barel, maka akan mengurangi EBITDA perseroan sekitar US$10 juta. Adapun, proyeksi tersebut jika harga minyak terus turun sepanjang tahun.

Selain itu, Hilmi juga menegaskan bahwa ketika harga minyak mentah global masih berada di atas US$20 per barel dan penurunan tidak berkepanjangan, profitabilitas perseroan masih dapat terjaga.

“Di atas US$20 per barel, MEDC masih profitable tapi tentunya program-program eksplorasi dan pengembangan akan terganggu,” papar Hilmi kepada Bisnis, beberapa waktu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper