Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agar Pasar Modal Kembali Bugar, Penurunan Bunga Acuan BI Dibutuhkan

Rally IHSG baru-baru ini dinilai tidak didukung oleh investor asing yang membawa pergi dana mereka keluar dan akhirnya meningkatkan tekanan jual dan lalu rupiah terdepresiasi.
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone didekat papan elektronik yang menampilkan perdagangan harga saham di Jakarta, Rabu (22/4/2020). Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia (BI) dijadwalkan akan mengumumkan kebijakan suku bunga terbaru pada Selasa (19/5/2020).

Menyusul keputusan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate sebesar 25 basis poin (bps) pada bulan Maret, BI nyatanya masih mempertahankan suku bunga acuan menjadi 4,5 persen pada bulan April lalu.

Mirae Asset Sekuritas mengharapkan BI mempertimbangkan penurunan suku bunga 25 bps ini. Kemungkinan besar, hal ini bisa memperlebar kesenjangan imbal hasil obligasi pemerintah dan inflasi. 

Di sisi lain, analis makro ekonomi dari Mirae Asset Sekuritas Anthony Kevin menilai apresiasi rupiah belakangan ini disebabkan oleh pasar keuangan global mulai perlahan bangkit.

“Kami percaya bahwa penurunan suku bunga acuan oleh BI adalah langkah yang sangat dibutuhkan karena kami melihat bahwa rally baru-baru ini di pasar saham AS, yang pada akhirnya mengarah ke apresiasi rupiah karena minat lebih tinggi untuk aset berisiko,” tulis Anthony dalam risetnya, Senin (18/5/2020).

Secara historis, dana asing berbondong-bondong keluar dari pasar ekuitas Indonesia pada bulan Mei. Dalam 15 tahun terakhir, investor asing rata-rata membukukan penjualan bersih sebesar Rp5,1 triliun. 

Sekuritas berpendapat, rally IHSG baru-baru ini juga tidak didukung oleh investor asing yang membawa pergi dana mereka keluar dan akhirnya meningkatkan tekanan jual dan lalu rupiah terdepresiasi.

Sekuritas berharap bank sentral akan memangkas suku bunga kebijakan sebesar 25 bps, menyusul beberapa rilis data ekonomi makro utama yang menyoroti parahnya dampak Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia.

Anthony Kevin menyatakan lebih lanjut bahwa penurunan suku bunga 25 basis poin oleh Bank Indonesia akan dibenarkan secara fundamental.

“Pertama, sejauh ini pada tahun 2020, BI hanya melakukan pemotongan suku bunga acuan 50 bps, jauh di bawah pemotongan 150-bps Fed. Kedua, kami memperkirakan inflasi akan turun di bawah 3 persen pada tahun 2020, sesimpel karena lemahnya permintaan,” ungkapnya.

DATA EKSPOR IMPOR

Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis data ekspor dan impor pada periode April 2020 pada Jumat (15/5/2020).

Dalam rinciannya, BPS menyajikan data kontraksi ekspor dan impor masing-masing 7,02 persen year-on-year menjadi US$12,19 miliar, dan 18,58 persen year-on-year menjadi US$12,54 miliar.

Anthony menilai angka ekspor dan impor ini lebih buruk dari perkiraan konsensus Bloomberg, yang awalnya memprediksi ekspor akan mengerut 3,95 persen dan impor akan melorot 15,8 persen secara tahunan.

Dia mengatakan dampak penyebaran COVID-19 dan momentum bulan puasa berpengaruh besar terhadap data impor dan ekspor Tanah Air.

Secara historis, kegiatan perdagangan internasional, terutama impor, cenderung meningkat satu bulan sebelum awal bulan puasa. Sehingga, efek berbasis tinggi memainkan peran penting dalam menentukan besarnya koreksi pada pos impor.

“Ke depan, kami percaya bahwa tantangan akan terus mengaburkan angka perdagangan internasional Indonesia berdasarkan beberapa alasan,” tuturnya.

Dia merinci, alasan Pertama, rencana pembukaan kembali ekonomi AS masih belum jelas. Kedua, kondisi Cina yang masih dalam tahapan berjuang, dan kegiatan ekonomi Indonesia masih dihentikan pada bulan Mei melalui perpanjangan PSBB.

Pada akhirnya, rencana pemerintah untuk membuka kembali aktivitas ekonomi pada bulan Juni melalui pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar menimbulkan tanda tanya besar bagi sekuritas. Hal ini mengingat jumlah kasus positif Covid-19 di Tanah Air masih terus bertambah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper