Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengakhiri lajunya di zona merah pada perdagangan hari ini, Senin (4/52020). Ancaman perang dagang yang kembali mengemuka jadi penekan.
Sepanjang perdagangan IHSG tak mampu bangkit dari zona merah dan bergerak pada rentang 4716,35—4576,22. Terpantau hanya sebanyak 111 saham menghijau, sedangkan 286 lainnya melemah dan 141 stagnan.
Pelemahan dipimpin oleh sektor aneka industri dan industri dasar yang masing-masing turun 4,62 persen dan 4,19 persen. Selain itu, sektor infrastruktur dan manufaktur juga terkoreksi lumayan yakni 3,90 persen dan 3,46 persen.
Pelemahan indeks juga dibarengi dengan aksi jual bersih investor asing yang mencapai Rp121,53 miliar di seluruh pasar dan Rp302,19 miliar di pasar regional. Sementara total transaksi di seluruh pasar mencapai Rp5,8 triliun.
Dua emiten big caps yakni TLKM dan BBRI menjadi yang paling banyak dilego asing, masing-masing membukukan net sell mencapai Rp118,6 miliar dan Rp200,6 miliar. Adapun kinerja keduanya hari ini turut tertekan yakni terkoreksi 5,14 persen (TLKM) dan 3,66 persen (BBRI).
Analis Sucor Sekuritas Hendriko Gani mengatakan ketakutan akan kembalinya perang dagang antara Amerika Serikat dan China akibat pernyataan Presiden AS Doland Trump yang akan kembali menaikkan bea masuk membuat pelaku pasar panik.
Baca Juga
“Di sisi lain, investor juga melakukan aksi profit taking setelah penguatan signifikan di hari Kamis lalu,” ujarnya, Senin (4/5/2020).
Senada, analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji mengemukakan hal yang sama. Menurutnya, kepanikan pelaku pasar akan terulangnya trade war tak hanya tercermin dari bursa Indonesia, tapi bursa lain di global juga mengalami hal yang sama.
“Lihat saja [bursa] Eropa juga merah,” imbuhnya.
Terpantau per pukul 16.00 WIB, indeks FTSE 100 di London turun 0,49 persen, sedangkan indeks Xetra Dax Frankfurt juga turun 3,69 persen. Bursa Asia juga tak jauh berbeda, indeks Hangseng Hongkong terpantau terkoreksi 4,18 persen dan indeks Strait Times Singapura terkoreksi 2,32 persen.
Di sisi lain, Nafan menyebut pelemahan hari ini yang dipimpin oleh sektor aneka industri dan industri dasar mencerminkan tertekannya kedua sektor tersebut akibat anjloknya aktivitas manufaktur Indonesia.
Pasalnya, HIS Markit melaporkan Purchasing Managers Index (PMI) Indoensia pada April 2020 ada di angka 27,5, turun tajam dibandingkan bulan Maret yang ada di kisaran 43,5. Angka tersebut sekaligus terendah sepanjang sejarah.
“Hari ini terendah hanya miscelanous industry, kedua ada basic industry. Keduanya juga merupakan bagian dari manufaktur. Hari ini manufaktur juga -3,46 persen, infra lebih lebih lemah lagi -3,90 persen,” tuturnya.
Nafan menyebut hal ini merupakan efek domino dari terhentinya aktivitas akibat pandemi Covid-19, yang mana negara-negara pengekspor ke dalam negeri mengalami lockdown, sehingga aktivitas ekspor mereka terganggu.
Hal tersebut turut menekan kinerja emiten-emiten yang ada di sektor terkait. Menurutnya, hal ini masih akan berlangsung selama pandemi Covid-19 belum mereda di global maupun Indonesia.